Para remaja yang sedang dimabuk cinta memaknai cinta hanya dengan unsure yang ke-2. Emosi. Akhirnya mereka hanya terlena dengan ucapan-ucapan hampa yang keluar dari bibir mereka. Tidak ada gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup. Mereka hanya saling terpesona dengan kalimat-kalimat mesra yang keluar dari hatinya. Tanpa adanya tindakan nyata untuk menghasilkan karya demi kebaikan hidup mereka.
Cinta yang dimaknai sebatas emosi adalah cinta yang cacat. Meskipun saya mengakui cinta tersebut juga bersumber dari hati. Akan tetati tanpa adanya gagasan dan tindakan tentu tidak akan member perubahan. Padahal cinta menuntut perubahan. Perubahan menjadi pribadi yang lebih baik. Perubahan menuju kualitas hidup yang unggul. Maka mencintailah dengan makna cinta yang hakiki. Jangan terlalu ringan mengucap “aku mencintai kamu”. Kalimat tersebut mengandung konsekuensi yang sangat besar. Kalimat tersebut mempertaruhkan kepribadian mu.
Biarkan cintamu bersemi dalam hati dan terjaga dalam diam. Seperti cinta yang pernah terasa diantara Ali bin Abu Thalib dan Fatimah binti Muhammad. Cinta yang bersemi dalam hati, terjaga dalam diam, dan abadi sampai akhir hayat. Wallahua’lam.
by: @muhamad_purnomo