Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Terletak di Maros
10 April 2012 09:21Diperbarui: 25 Juni 2015 06:4824510
Tahun 1935, Pemerintah Hindia Belanda membangun konstruksi landasan pacu rumput berukuran 1.600 x 45 meter (Runway 08-26). Lapangan terbang ini diresmikan pada 27 September 1937 dan diberi nama Lapangan Terbang Kadieng (Kadieng adalah nama salah satu daerah di Batangase, Maros).
Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang, nama Lapangan Terbang Kadieng diubah menjadi Lapangan Terbang Mandai (Mandai adalah nama salah satu kecamatan di Maros). Landasan lapangan ditingkatkan menjadi konstruksi beton berukuran 1.600 x 45 meter.
Tahun 1945, landasan baru dengan konstruksi onderlaag (Runway 13-31) berukuran 1745 x 45 meter dibangun dengan mengerahkan 4000 orang ex-tentara Romusha oleh pemerintah Sekutu (Hindia Belanda).
Tahun 1950, lapangan terbang ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia yang kemudian dikelola oleh Jawatan Pekerjaan Umum Seksi Lapangan Terbang, selanjutnya tahun 1955 dialihkan kepada Jawaban Penerbangan Sipil (sekarang Direktorat Jenderal Perhubungan Udara) yang kemudian memperpanjang landasan pacu menjadi 2.345 x 45 meter sekaligus mengubah nama Lapangan Terbang Mandai menjadi Pelabuhan Udara Mandai.
Tahun 1980, Runway 13-31 diperpanjang menjadi 2.500 x 45 meter dan nama Pelabuhan Udara Mandai diubah menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin.
Tahun 2004, dilakukan perluasan dan pengembangan bandara dan diresmikan tahun 2008 dengan nama Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Penggunaan kata Sultan di depan nama Hasanuddin dimaksudkan agar nama Hasanuddin yang digunakan jelas mengarah ke sosok pahlawan nasional Sultan Hasanuddin.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.