Suatu hari saya berkunjung ke kantor kawan akrab saya, Anbul (40) di Jakarta Selatan. Tanpa sengaja, saya melihat Dia dan istrinya sedang menghitung tumpukan uang logam pecahan seribu dan lima ratusan. Saya berusaha untuk membantunya. Tiga jam telah kami lewati. Tetapi, menghitung tumpukan uang logam belum juga usai. Kami harus menghitung lagi, lagi dan lagi. Di hadapan kami juga terdapat kotak kayu penyimpan uang logam dengan ukuran 6 kali luas brankas penyimpan uang di ATM.
KEMBALI KE ARTIKEL