Sejak pertengahan Februari sampai awal Maret lalu, saya berkesempatan berziarah ke Tanah Suci bersama rombongan dari Paris. Secara geografis, Tanah Suci yang menjadi tujuan ziarah umat Kristen mencakup apa yang saat ini dikenal sebagai wilayah Arab Palestina dan Israel. Secara rohani, wilayah ini menjadi oase sukma yang menarik jutaan peziarah dari tiga agama besar, "putra-putri Abraham," Yahudi, Kristen dan Islam. Sayangnya, apa yang disebut sebagai Tanah Suci bagi ketiga agama besar tersebut tidak dapat dilepaskan dari sejarah yang ditulis dengan tinta darah, yang berkisah tentang bengisnya fanatisme ideologis-agamis yang membutakan mata belas kasih. Dapat dikatakan, usia konflik berdarah tadi setua usia Tanah Suci itu sendiri. Dengan demikian, Tanah Suci juga bagian dari kenyataan insani dengan suka dan tangisnya. Tulisan ini hendak membagikan pengalaman insani selama kunjungan di Tanah Suci.
KEMBALI KE ARTIKEL