Terus menurut si saya lagi nih, kenapa subsidi di BBM sudah harus dikurangi karena lebih baik dialihkan kepada yang benar-benar membutuhkan agar subsidi tepat sasaran. Karena selama ini subsidi BBM menyubsidi untuk golongan yang mampu, sedangkan yang miskin tetap saja. (Dialihkan ke sektor pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktrur dan lain-lain). Â Nanti pendidikan gratis, benar-benar gratis. Berobat gratis. Naik kendaraan umum seperti, bis, kereta api, itu gratis. Hehehehehe...
Tapi uppppssssssss.... Kemiskinan itu relatif dan sensitif, jadi tidak usah dibahas ya.... Nanti banyak yang tersinggung. Bisa saja sekarang mengaku kaya, untuk diakui. Tapi nanti mencuri (dibaca: korupsi) atau mengemis-ngemis minta suap (eh, kalau mengemis itu kategori miskin bukan ya?) ya, sudahlah.....
Dulu kala semenjak saya diberi wewenang memilih presiden, cuman tahu kalau sudah memilih, hitung suara dan pemenangnya adalah yang mendapat suara terbanyak . Â Itu saja rasanya sudah sah jadi presiden. Eh, ternyata dari pilpres kemarin kita dikasih tahu tahapan pemilu, mekanismenya tidak semudah itu. Ada beberapa tahapan, termasuk menunggu keputusan MK (dan ternyata tampang hakim MK itu ganteng juga, dikirain wajah hakim tuh serem-serem gimanaaaa gitu :D). Setelah dilantik mau bikin kabinet ternyata mesti begitu lagi, ribut lagi. Â Saya pribadi menganggapnya sedang transparasi proses , agar warga negara ini sabar dan tahu kalau kerja di pemerintahan itu gak gampang. Harus banyak mulut eh, salah banyak saran pikiran dan pendapat. Tapi anyway, proses diatas tetap tidak menurunkan rating Ganteng-ganteng Srigala dan Mahabarata, meskipun drama para politik menyita ruang tontonan.
Mungkin di layar kaca tapi tidak di medsos.
Perang Opini dan saling tuduh masih banyak berseliweran. Rese juga kadang baca Medsos, terus teman kita menjelek-jelekan sambil mengutip ayat-ayat suci. Karena masuk dihalaman-halaman ruang medsos saya, saya sih hanya ikut baca-baca saja dan menyimak. Misalnya pada saat RUU Pilkada tidak langsung mencuat, bagi orang-orang yang mendukung Pilkada ini langsung memberi pencerahan merujuk pada Pasal ke-4 Pancasila pada orang-orang yang ingin tetap pilkada itu dilaksanakan secara langsung. Hebat bukan? gara-gara itu semua orang jadi hapal Pancasila. Padahal Pasal ke-4 ini paling panjang.
Balik lagi ke dampak BBM, sekarang saya jadi tahu hak-hak DPR. Itu lho gara-gara hak Interpelasi yang sedang mendunia itu. Saya pikir Interpelasi, intermezzo sama interupsi sejenis lah. sama-sama bermarga Inter. Satu Marga dengan internasional, interlokal, interkom dan inter milan. Dari pada salah kaprah dan saking penasarannya saya melipir ke halaman DPR-RI (silahkan mampir ke http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/hak-dan-kewajiban). Penasaran karena teman-teman saya begitu menganggungkan tentang hak DPR ini karena dampak BBM. Padahal jujur saja dulu, semasa saya berstatus pelajar, gak pernah bisa dengan serius mempelajari pelajaran Kewarganegaraan, dianggap sebelah mata. Ini bukan saya saja tapi teman-teman saya pun demikian (bukan one man show tapi berjamaah kalau bolos pelajaran ini). Tapi berkat pilpres dan kenaikan BBM banyak perubahan yang signifikan. Teman-teman saya ini sekarang malah mahir benar. Progres yang cukup baik, Mereka tahu hak-hak sebagai anggota DPR (kalau kewajibannya entah yaa.... masih buram). Mereka akan langsung menjatuhkan presiden melanggar hukum, presiden telah melakukan kesalahan, dsb. Begitu pula dengan minyak dunia. Mereka mendadak menjadi pakar ekonom yang memantau pergerakan minyak dunia. Dan subsidi itu adalah bla.. bla.. bla.. wah, kalau ditulis kasihan jempol saya bisa bareuh.
Bagi Saya sendiri yang tidak ikut memantau harga minyak dunia, karena cukuplah memantau harga minyak goreng di berbagai tempat. Mau di pasar, mau di hypermart atau di toko kelontong. Kalau memang naik, ya sudahlah... asal barangnya ada dan duitnya ada. Itu saja. Dan satu lagi, ini sangat penting. Malah maha penting, semoga saja, pergerakan Minyak Dunia tidak ikut memecah belah persatuan di Nusantara. Â Jangan sampai ada yang mengatakan bangsa ini pernah dijajah 350 tahun lamanya bukan karena penjajahnya jago-jago amat, tapi karena bangsanya yang mudah diadu dombakan.
Beda motif langsung main gontok-gontokan. Beda Keinginan langsung main serang (serangan baik melalui verbal dan tindakan). Yang paling bikin miris tuh, saling meng-kafirkan. Duuuh, Jangan sampai Yah!
Karena yang belum move on, masih gak suka melihat mantannya berhasil (*eh, ini jadi ngomong apa-an yaaa...)