Sampah plastik telah menjadi masalah lingkungan yang genting. Pada tahun 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampah plastik Indonesia sebanyak  66 juta ton per tahun dan 0,26 juta hingga 0,59 juta diantaranya berakhir di laut. Laut yang merupakan habitat kehidupan biota laut menjadi terganggu kestabilannya karena keberadaan sampah plastik. Tiga ekor penyu di Kepulauan Seribu ditemukan membusuk pada tahun 2018 dengan plastik di mulut dan kaki depannya. Di Perairan Pulau Kapota Resort Wangi-Wangi, Sulawesi Tenggara, terdampar seekor paus sperma yang mati dengan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perutnya. Para ahli menyebutkan bahwa kegemaran hewan laut memakan sampah plastik dikarenakan berbagai faktor. Zooplankton memakan sedimen di dasar laut yang mengandung sampah plastik lebih banyak. Hewan laut lain sering menganggap plastik sebagai makanan yang biasa mereka makan. Ada juga beberapa hewan laut dan albatros yang mencari mangsa dengan penciuman mereka. Mereka tertarik dengan aroma dimethyl sulfide (DMS) yang dikeluarkan oleh plastik. Penyu sering kali salah mengira kantong plastik dengan ubur-ubur. Permasalahan ini disebabkan oleh banyaknya sampah plastik di laut sehingga hewan laut sering salah mengira sampah plastik dengan mangsa yang biasa dimakan. Kasus ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh dunia.
KEMBALI KE ARTIKEL