"Rin, kawin yuk?!"
Iriene berhenti sejenak sambil memandang Bowo heran.
"Aku ingin kamu jadi istriku. Mau?"
Mengernyit dahi Iriene. Sakitkah Bowo?
"Duhai kekasih pujaan hatiku. Sudikah engkau menikah dengan lelaki yang gagah ganteng loh jinawi ini? Kalau jawabanmu TIDAK, berarti kita putus"
"TIDAK!!"
Bowo mencoba mencerna jawaban Iriene yang sepertinya terdengar sampai meja paling ujung dimana ada sepasang kekasih saling suap-suapan. Si gadis masih belia, si lelaki tampaknya pejabat tinggi.
Wajah Bowo suramkah setelah mendengar jawaban Iriene? Kecewa? Sedih? Gundah gulana?
"YES.... YES..... YEEEES!!"
Keceriaan Bowo membuat Iriene bingung.
"Akhirnyaaa....... aku bebas...... Bebas nonton film horor dan action di bioskop. Bebas makan ayam bakar pake tangan. Bebas pergi mancing ke Pulau Panggang. Bebas naik gunung. Bebas pake laptop sampe pagi. Bebas pake motor gambreng. Gak harus antar jemput kamu ke kantor. Tak harus nemenin shopping, ke salon ataupun arisan. Bebas diperbudak ngetikin laporan mingguan. Bebas kentut kapanpun dan dimanapun, hobiku yang terpaksa terkubur dalam-dalam sejak jadi pacarmu. Gajiku utuh tak disunat lagi. Bebas gonta ganti hape dan tablet. Daaan..... bebas dipacarin sama tante-tante.... Makasih, Irieeene"
Iriene hanya tercenung melihat Bowo meninggalkannya.
"Kamu pulang pake apa?"
Iriene melambaikan kunci Bison. Motor pemberian dari Iriene saat ulang tahun Bowo dua bulan lalu.
Bowo merogoh kantong dan mengacungkan kunci BMW.
"Bye.... byeee......."
"COWOK MATREEE......"
Bowo terus saja berjalan melewati area yang sedang dipel oleh cleaning service.
Srooot...... Gedebug.
Bowo terjatuh dengan kepala paling dahulu menghantam lantai.
Bowo tewas seketika.