Di zaman globalisasi ini semuanya serba praktis dan mudahnnya mendapatkan informasi dari manapun dan apapun sumbernya. Namun dengan semakin majunya zaman seakan berbanding terbalik dengan perkembangan remaja Indonesia saat ini. Remaja dengan pribadi yang mudah menyerap informasi yang mereka dapatkan, menjadi korban utama dalam perkembangan globalisasi. Didukung dengan tontonan di tv yang kurang mendidik dengan variasi sinetron yang tidak masuk akal, serta kurangnya pengawasan orang tua membuat perkembangan remaja saat ini menjadi tidak sebagaimana mestinya. Hal ini menyebakan remaja tumbuh bukan menjadi pribadi yang optimis melainkan pribadi yang pesimis. Kita sering melihat remaja galau di social media seperti facebook, twitter, hanya karena masalah pribadi. Kalau bukan teman ya pacar, yang terakhir disebutkanlah yang paling sering terjadi. Curhat karena pacar. Remaja Indonesia mempunyai keunikan sendiri yang membedakannya dengan remaja dari negara lain, yaitu kalau tidak punya pacar maka bukan remaja namanya. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Remaja Indonesia adalah remaja yang sibuk untuk mencari pacar dan memperbanyak koleksi mantan. Terdengar sedikit sakit jiwa tapi itulah yang terjadi sekarang. Mereka akan galau apabila tidak mempunyai pacar dalam 1 bulan dan akan depresi karena menjomblo dalam beberapa waktu yang lama. Hasilnya adalah meningkatnya tingkat aborsi, seks bebas di kalangan remaja. Perebutan pacar yang berujung pada kematian pun salah satu dampaknya. Berbagai tayangan sinetron di TV yang memperlihatkan kebobrokan para remaja Indonesia bisa menjadi penyebabnya. Kita melihat tayangan sinetron saat ini yang sangat tidak masuk akal dan memperlihatkan kehidupan bak dunia dongeng sedikit-banyaknya mempengaruhi para remaja. Hedonisme, konsumerisme dan sifat ingin menang sendiri membuat tak jarang para remaja “menjual dirinya”, hanya agar mereka bisa menjadi sama seperti para pelaku sinetron. Pengaruh seperti ini membuat perkembangan mental remaja tidak sesuai dengan usia mereka. Hal ini belum lagi ditambah aksi sok jagoan para pelajar yang mereka lakukan di balap liar, tawuran yang seakan-akan menjadi budaya yang sangat mereka banggakan dan mengakar kuat didalam diri remaja kita. Mental kompetitif yang positif tidak ditemukan di dalam diri remaja Indonesia saat ini