Generasi Z (Gen Z) merupakan generasi pertama yang tumbuh besar sepenuhnya di era digital yang penuh dengan inovasi dan perubahan yang begitu cepat. Sebagai “Digital Nativies”, Gen Z sangat adaptif terhadap teknologi baru dan cepat dalam menguasai platform digital.
Tidak heran jika banyak orang yang beranggapan bahwa Gen Z memiliki kedekatan yang unik dengan teknologi, media sosial, dan tren global.
Fear of Missing Out (FOMO) sebuah istilah yang mencerminkan kekhawatiran tertinggal atau ketinggalan momen-momen penting yang sedang berlangsung di dunia maya. FOMO sendiri semakin melekat dalam diri Gen Z selama beberapa tahun yang lalu, terutama karena tingginya penggunaan media sosial.
Akibatnya, keputusan dalam membeli barang, menentukan liburan, serta gaya hidup Gen Z sering kali dipengaruhi oleh apa yang sedang viral atau trending di media sosial, sehingga membuat mereka lebih mudah terpengaruhi oleh konten promosi yang diunggah oleh influencer dan tren yang terus berkembang.
Memasuki tahun 2025, Gen Z siap menguasai dunia ekonomi digital dengan cara-cara yang berbeda dari generasi sebelumnya yaitu generasi milineal, generasi X, generasi baby boomer. Mereka tidak hanya menjadi konsumen aktif, tetapi juga pelaku ekonomi yang inovatif dalam berbagai sektor.
FOMO menjadi faktor kunci yang membentuk perilaku digital Gen Z. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin menganggap internet sebagai pelengkap, bagi Gen Z, dunia maya adalah pusat aktivitas dan eksistensi sosial. Bahkan banyak dari generasi ini yang menyebutkan bahwa dunia maya adalah separuh hidupnya.
Keinginan untuk selalu terhubung dan ikut serta dalam tren terbaru menjadi kekuatan pendorong bagi mereka untuk lebih kreatif dan inovatif. Dengan keinginannya itu, Gen Z memerankan peran penting dalam memengaruhi tren dan perkembangan platform digital di masa kini maupun di masa depan nantinya.
Hal ini tercermin dalam jumlah anak muda yang begitu banyak dari Gen Z yang terjun ke dunia wirausaha melalui platform digital seperti e-commerce, media sosial, dan layanan streaming. Mereka cepat mengidentifikasi peluang bisnis yang muncul dari tren online dan dengan gesit mengembangkan produk atau layanan yang relevan atau yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Banyak wirausaha muda Gen Z memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Twitter untuk membangun personal branding, menjual produk, atau mempromosikan layanan/jasa mereka kepada audiens global. Gen Z tumbuh dengan akses tak terbatas dari informasi, perangkat canggih, dan platform digital yang memudahkan mereka untuk belajar serta menerapkan pengetahuan baru yang mereka dapatkan secara cepat.
Ketika teknologi seperti blockchain, kecerdasan buatan (AI) seperti Siri dari Apple ; Google Assistant ; dan Amazon Alexa, dan realitas virtual (VR) seperti Oculus Rift ; Google Expeditions yang semakin merambah ekonomi digital, dengan hal Gen Z tidak hanya sebagai pengguna tetapi juga inovator.
Di tahun 2025, kita akan melihat banyak perusahaan yang dipimpin oleh anak muda dari generasi ini, yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan solusi baru di sektor industri, pembangunan infrastruktur, keuangan, kesehatan, pendidikan, hingga hiburan.
Startup berbasis teknologi yang nantinya didirikan oleh Gen Z berpotensi mengubah dunia ekonomi global, baik dari sisi efisiensi, inklusivitas, hingga keberlanjutan. Gen Z juga memiliki perilaku yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Mereka cenderung lebih kritis terhadap merek dan produk yang mereka konsumsi atau yang mereka pasarkan. Dalam ekonomi digital, mereka memanfaatkan platform seperti marketplace online dan media sosial untuk mencari produk yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Selain itu, dengan adanya FOMO, Gen Z lebih responsif terhadap pemasaran berbasis tren. Mereka cenderung cepat merespons kampanye viral (strategi pemasaran yang menyebar sangat cepat) dan memanfaatkan peluang untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Tidak hanya menjadi konsumen dan wirausahawan, Gen Z juga akan mengubah cara dunia bekerja. Mereka lebih memilih fleksibilitas dalam pekerjaan, cenderung tertarik pada peluang karier yang memungkinkan mereka untuk bekerja dari mana saja dan kapan saja, memanfaatkan teknologi digital.
Gig economy, freelance, dan kerja jarak jauh (remote work) adalah model kerja yang diminati oleh Gen Z, karena memberikan mereka kebebasan sekaligus kesempatan untuk terus berkembang secara profesional tanpa terikat oleh jam kantor yang kaku.
Hal ini justru mendorong perusahaan untuk beradaptasi, dengan menawarkan lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan inklusif teknologi kepada Gen Z. Banyak organisasi besar mulai mengintegrasikan platform digital kolaboratif untuk memenuhi ekspektasi pekerja Gen Z. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang mempercayakan tanggungjawab penting kepada Gen Z.
Mereka yakin bahwa Gen Z dapat membawa perspektif baru yang relevan dengan era digital. Dengan beradaptasi terhadap lingkungan dan ekspetasi Gen Z, perusaahan nantinya dapat memperoleh keberhasilan organisasi dalam jangka panjang.
Gen Z dengan karakteristik FOMO-nya sedang mempersiapkan diri untuk menguasai dunia ekonomi digital pada tahun 2025. Mereka adalah generasi yang inovatif, kreatif, dan sangat adaptif terhadap perubahan teknologi.
Dalam lima tahun ke depan, kita akan melihat lebih banyak perusahaan dan produk yang dikembangkan oleh anak muda dari generasi ini, yang memanfaatkan kekuatan teknologi untuk menciptakan dunia yang lebih terhubung dan inklusif, sehingga terciptanya perubahan besar-besaran di berbagai bidang.
Dengan segala kelebihan dan tantangan yang mereka hadapi, Gen Z akan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan dunia ekonomi global. Kombinasi antara teknologi, kreativitas, dan semangat wirausaha membuat mereka menjadi generasi yang siap menghadapi era ekonomi digital yang terus berkembang pesat. Bersama Gen Z di garis terdepan, kita bergerak menuju dunia yang maju dan lebih terhubung secara digital.