Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Amerika Serikat Keluar Afganistan dengan Kepala Tertunduk?

19 Agustus 2021   22:06 Diperbarui: 19 Agustus 2021   22:25 340 6
Nama Taliban di Afghanistan sebagai sebuah kekuatan dahsyat yang tak pernah menyerah melawan imperialis barat yang diwakili Amerika serikat kembali mencuat menjadi pembicaraan global.

Bagaimana tidak? Pasalnya Amerika Serikat yang pernah sumringah berjanji untuk menumpas Taliban hingga ke-akar-akarnya justru harus lari luntang lantang dengan kepala tertunduk meninggalkan Afghanistan.

Secara fakta Amerika Serikat (AS) telah menghentikan misinya di Afghanistan pada akhir Juli 2021, dan secara resmi nanti pada 11 September mendatang (ultah jatuhnya Tower WTC).

Kegagalan AS menguasai Afghanistan secara total padahal sudah lebih dari 20 tahun melakukan invasi, membuktikan bahwa kekuatan superpower pasukan AS tidak mampu melumpuhkan pasukan Taliban yang sebenarnya tidak apa-apa dibanding serdadu-serdadu AS plus peralatan perang super canggih yang dimilikinya.

Karena itu pula menyebabkan AS terpaksa keluar Afghanistan dengan kepala tertunduk dan menyerah.

Seiring dengan keluarnya AS dari Afghan, Taliban pun kembali muncul sebagai sebuah kekuatan besar sebagaimana saat awal Taliban berkembang dan berkuasa sebelum kemudian dihancurkan oleh Barat.

Taliban kembali pada khitahnya. Taliban dianggap sebagai kekuatan besar yang paling siap untuk menata kembali dan mengendalikan Afghanistan dari kekacauan yang diwarisi oleh AS dan Uni Soviet.

Satu demi satu desa dan wilayah (kota) berhasil direbut kembali oleh Taliban dari pemerintah boneka bentukan negara kolonial, imperialis yang melakukan invasi.

Pemerintah boneka yang telah mencengkeram Afganistan selama dua dekade kini cerai berai setelah sang induk pergi, kembali menjadi kerangka tanpa daya. Seolah memasrahkan diri pada Taliban yang dinantikan.

Taliban semakin solid dan mantap, mereka memiliki dukungan luas dari rakyat Afghanistan. Taliban hanya dimusuhi oleh AS dan sekutunya. Karena itu propaganda kebencian dilancarkan hingga dunia pun "memusuhi" Taliban.

Rakyat Afgan bersaksi yang dulu pernah menikmati kemakmuran dan keamanan ketika Taliban berkuasa, dan berhasil memberantas kriminalitas di seluruh penjuru.
Rakyat Afgan yang kini hidup tidak menentu dan penuh kekacauan di bawah pemerintahan boneka merindukan apa yang pernah dilakukan dulu dibawah pemerintahan Taliban memimpin pemerintahan.

Pemerintah boneka yang mencoba menghidupkan sistim politik demokrasi di Afganistan terbukti tidak mampu menghadirkan kesejahteraan dan keamanan seperti diharapkan oleh rakyat.

Polisi pemerintah cenderung korup sehingga tidak punya komitmen untuk menyesuaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sebaliknya Taliban lebih dipercaya dan dicintai oleh rakyat Taliban.

Inilah yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat dibelahan dunia lain termasuk Indonesia. Kemenangan Taliban disambut dengan propaganda baru seperti yang sering dilakukan oleh AS dan sekutunya.

Isu-isu teroris dan islamofobia kembali dihembuskan dan disangkutkan dengan Taliban. Tujuannya jelas yakni untuk menjauhkan Taliban dengan Indonesia, bahkan jika bisa mendiskreditkan Taliban yang sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun terhadap Indonesia.

Seyogyanya bila ada aktivis atau pengamat yang tidak pro kepada bangsa lain yang kebetulan Islam tidak perlu berperan sebagai provokator untuk menakut-nakuti masyarakat Indonesia dalam memandang Islam.

Benar bahwa satu hal yang membuat Taliban berhasil mencuri hati rakyat Afgan adalah karena menggunakan hukum andalan mereka yaitu syariat Islam. Pendekatan hukum berdasarkan Syariat Islam ternyata ampuh menenangkan rakyat Afgan ditengah kekacauan berlarut-larut dan hampir putus asa.

Pendekatan Taliban yang teguh menerapkan syariat Islam untuk mengendalikan kekacauan internal paska hengkangnya Uni Soviet pada era 1990 telah memberikan keyakinan yang mendalam dari rakyat Afgan bahwa Taliban menjadi harapan baru untuk menyongsong Negara Afghanistan yang baldatun toyyibatun warabbul ghafur. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun