Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Nggak Mudik Lebaran Pun Tetap Asyik Kok

1 April 2020   09:02 Diperbarui: 1 April 2020   08:55 527 2
Mau nekat pulang kampung terus terkena virus corona, mau? Bahkan bukan hanya Anda yang terkena malah satu keluarga bahkan satu kampong tertular gegara Anda bawa pulang virus.

Merayakan lebaran Idul Fitri 1441 H tanpa mudik? Siapa takut! Rasanya itulah jawaban yang paling tepat untuk merespon teman-teman di udik (kampung) ketika menanyakan "kapan mudik bro?"

Tapi bagaimana bila yang menanyakan itu adalah keluarga dekat, famili, sanak saudara bahkan mungkin calon mertua (camer), apalagi orang tua. Apa jawaban yang paling tepat?

Mudik ketika usai bulan Ramadan bagi orang Indonesia merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama. Mungkin tidak ada yang mengetahui secara persis kapan tradisi tersebut mulai berlangsung. Namun setiap menjelang lebaran jutaan orang perantauan bergerak pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga.

Tradisi mudik ini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang di Pulau Jawa semata tapi seluruh orang Indonesia. Walaupun berada di luar negeri, mereka tetap mengambil kesempatan untuk pulang ke kampung halaman.

Begitulah militansi mudik orang Indonesia.
Tetapi situasi sekarang ini berbeda. Akibat virus corona yang semakin mewabah, dan pemerintah telah mengeluarkan maklumat darurat sipil untuk mengatasi semakin meluasnya penyebaran virus tersebut mengharuskan agenda mudik perlu dibatalkan atau paling tidak ditinjau ulang.

Bukan apa-apa, seperti yang sudah diketahui orang banyak bahwa virus ini dapat ditularkan melalui orang ke orang. Sehingga dikuatirkan orang yang mudik atau keluar dari daerah endemik (zona merah) seperti Jakarta, Bandung, Jawa Tengah lalu masuk ke daerah yang belum terkena wabah (zona hijau) maka dapat menularkan ke penduduk setempat.

Lalu bagaimana?

Cobalah untuk nggak mudik pada lebaran kali ini. Anda tetap bertahan di rumah sebagaimana telah dijalani sekarang. Dan katanya ni, Ramadan tahun ini pun salat taraweh pun tidak boleh dilaksanakan berduyuun-duyun ke masjid. Nah, berarti kan salad ied juga begitu. Bakal tidak ada salat bareng-bareng di lapangan.

Tetapi itu masih perkiraan, jangan terlalu kuatir. Mana tahu dan kita selalu berharap semoga wabah ini cepat berlalu. Bila pemerintah kita berhasil mengatasi ini akhir April, maka peluang mudik bakal ada. Benar kan?

Namun untuk mengatasi rasa kangen terhadap keluarga saat hari lebaran, kita bisa kok lakukan video call atau teleconference dengan mereka. Saling berbagi foto dan komunikasi jarak jauh itu bisa menjadi salah satu solusi untuk mengobati rasa rindu pada kampung halaman.

Memang sih beda dengan kita merasakan suasana langsung. Tapi paling tidak lebaran kita kali ini bisa tetap asik meski nggak mudik. Asik apamya? Asik nelpon, asik video call, hehe

Selain itu kita bisa juga membuat makanan kesukaan keluarga atau orang-orang tercinta di hari lebaran. Walaupun tidak ramai tamu yang datang mencicipi. Nggak masalah, niatkan saja bahwa mereka selalu ada dihati.

Dan yang paling penting di hari lebaran bukanlah kemeriahan perayaannya. Baju baru boleh tidak ada, kue lebaran dan makanan-makanan boleh tidak tersedia karena memang situasi emergency. Namun yang tetap selalu harus ada yaitu membuka pintu maaf kepada sesama muslim, sesama saudara, saling maaf memaafkan, itulah hakikat idul fitri.

Bagi saya nggak mudik pun nggak apa-apa. Itu bukanlah masalah, karena saat ini nilai kesehatan lebih penting dari segalanya. Daripada mudik tapi menimbulkan banyak mudaratnya, buat apa coba? Mending tetap diam di rumah saja #stayathome, menikmati lebaran di rumah saja atau sambil nonton film kesukaan, rasanya itu juga seru.

So, tidak usah bersedih sekiranya tahun ini benar-benar nggak mudik. Toh Anda tidak sendiri. Masih ada jutaan orang lain di Indonesia yang tahun ini juga tidak mudik karena terkena kebijakan pemerintah.

Jadi nikmati saja hal ini sebagai sebuah sejarah baru dalam kehidupan pribadi kita. Bahwa sudah puluhan tahun kita hidup diperantauan, baru kali ini tidak mudik. Wah pengalaman yang berbeda. Gitu aja sih!

Benar, daripada memaksa diri untuk mudik, plus ajak anak istri ikut kenekatan kita. Wah, jangan deh! Kasihan mereka.

Coba bayangkan bila Anda mudik pakai motor lalu dijalanan yang setiap daerah Anda lalui itu menerapkan sisitm buka tutup, terus disterilisasi dengan disinfektan atau disemprotlah kita bilang ya, repotkan? Kebayang nggak ya? Mana bawa anak kecil lagi. Duuuh!

Maka pesan saya: Nggak usah lah mudik kali ini, cukup rayain di rumah aja. Nggak masalah meskipun diperantauan. Sedih sih sedih, tapi pikirkanlah soal kesehata, bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga keluarga, saudara, bahkan orang kampung kita. Jadi #stayathome dan #staysave.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun