Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Pesan Syukur dan Tidak Kufur Nikmat, Presiden Paham Kondisi Umat

8 Februari 2020   16:57 Diperbarui: 8 Februari 2020   16:54 178 3
Menarik mencermati kalimat yang terucap dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang meminta bangsa Indonesia agar tidak kufur nikmat.

Pak Presiden berkata seperti ini, "Patut kita syukuri, yang lain-lain bukan turun, anjlok. Kalau tidak kita syukuri artinya kufur nikmat. Mempertahankan posisi seperti itu saja sulit sekali." baca Kompas.com

Ucapan pria asal Solo tersebut sebagai respon terkait dengan kritikan masyarakat yang mempertanyakan soal pertumbuhan ekonomi yang tidak capai target.

Sebagai pengingat, sebelumnya pemerintah mentargetkan pertumbuhan ekonomi nasional periode 2019 pada angka 5,4 persen. Namun realisasinya ternyata hanya 5,02 persen atau di bawah target.

Tidak tercapainya target pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi nasional tentu saja bukan kesalahan yang diada-adakan. Tetapi banyak faktor-faktor lain diluar kendali pemerintah Indonesia yang ikut mempengaruhi secara negatif laju perekonomian.

Secara kinerja, pemerintah telah berupaya untuk kerja keras dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya. Berbagai peluang pun dimanfaatkan bagi strategi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dibidang birokrasi, yang sebelumnya banyak hambatan muncul karena jalur perizinan yang sangat panjang. Kini oleh Jokowi dipangkas menjadi lebih singkat. Sehingga dari sisi waktu, pengurusan perizinan jadi lebih cepat selesai.

Perlu dicatat bahwa dampak dari birokratisasi yang panjang dan berbelit-belit adalah biaya (cost) yang dikeluarkan oleh pelaku ekonomi jadi lebih mahal. Ini yang membuat investor enggan masuk ke Indonesia.

Nah sekarang hambatan tersebut disingkirkan agar para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Selain membenahi aspek birokrasi. Pemerintah juga telah membuat kebijakan fiskal yang ekspansif. Kebijakan itu dapat di lihat pada komposisi APBN yang lebih produktif serta efisien. Ini menggambarkan upaya pemerintah untuk meletakkan penguatan fundamental perekonomian kita.

Begitu pula pemegang otoritas keuangan baik OJk dan otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral telah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi untuk menjaga daya beli dan nilai mata uang rupiah.

Hingga dapat dikatakan, kedua variabel kebijakan fiskal dan moneter telah dikombinasikan dengan selaras dan prudent. Intinya, secara domestik kebijakan ekonomi makro kita sudah sangat sehat dan tepat untuk mencapai pertumbuhan dan menjaga keseimbangan perekonomian.

Akan tetapi jangan lupa bahwa Indonesia adalah negara yang menganut sistim ekonomi terbuka. Artinya pengaruh dari luar juga ikut mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Misalnya gangguan keamanan global atau perang dagang China dan AS. Dampaknya akan menurunkan ekspor Indonesia.

Maka dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo sangatlah tepat. Bangsa Indonesia mesti bersyukur karena kita dapat timbuh ditengah perlambatan ekonomi global. Sedangkan negara lain mengalami goncangan.

Terlepas dari maksud politis atau politisasi narasi agama. Namun yang jelas bangsa Indonesia sepatutnya memang harus bersyukur dan tidak kufur nikmat. Sebab dengan bersyukur maka Allah akan menambah nikmat lebih banyak.

Secara literasi makna bersyukur adalah berlawanan dengan kufur. Bersyukur menggambarkan kepuasan dengan yang sedikit sekalipun. Sehingga akan muncul rasa terima kasih kita kepada Allah Swt sebagai pemilik nikmat itu sendiri.

Menurut para ulama kata syukur dapat diartikan sebagai bentuk sikap manusia terhadap pemberian Allah yang sedikit dan menampakkannya sebagai anugerah yang besar.

Sehingga siapa saja yang berusaha menutupi nikmat Allah maka mereka disebut sebagai orang yang kufur terhadap nikmat. Dengan kata lain, mereka menutupi nikmat. Bahkan menolak bila itu nikmat yang Allah berikan.

Singkat kata, syukur adalah menampakkan nikmat dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya.

Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya dan juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah. (Quraish Shihab).

Oleh karena itu barangkali maksud Presiden Jokowi agar tidak kufur nikmat adalah bangsa Indonesia agar mengakui dan menggunakan seluruh nikmat hanya sesuai dengan peruntukannya.

Itulah yang dimaksud dengan syukur nikmat (lawan kata kufur nikmat) dengan perbuatan yaitu dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun