Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Candi Brahu di Bejijong: Jejak Peradaban Kuno di Bumi Majapahit

29 Oktober 2024   01:32 Diperbarui: 29 Oktober 2024   02:06 65 0

Mojokerto |  Telusuri sejarah Candi Brahu di Desa Bejijong, peninggalan kuno dari masa Kerajaan Majapahit. Mengapa candi ini begitu penting? Baca selengkapnya untuk temukan jawabannya!

Jika kamu pecinta sejarah atau arsitektur kuno, pasti sudah tak asing lagi dengan Candi Brahu. Terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, candi ini menyimpan cerita panjang tentang kejayaan Kerajaan Majapahit. Tapi, apa sebenarnya fungsi asli dari Candi Brahu ini? Apakah benar candi ini digunakan untuk membakar jenazah raja-raja Majapahit? Atau ada fungsi lain yang masih tersembunyi di balik dinding bata merahnya? Yuk, kita telusuri sejarah Candi Brahu di Desa Bejijong secara mendalam!



Sejarah Singkat Candi Brahu di Desa Bejijong

Candi Brahu adalah salah satu dari banyak candi yang ada di wilayah Trowulan, pusat kerajaan Majapahit yang dulu sangat berpengaruh di Nusantara. Nama "Brahu" sendiri diperkirakan berasal dari kata "Wanaru" atau "Warahu", yang merujuk pada bangunan suci dalam prasasti Alasantan yang ditemukan di sekitar area tersebut. Bangunan ini dipercaya dibangun sekitar abad ke-15 Masehi, yang bertepatan dengan puncak kejayaan Majapahit.



1. Pengaruh Kerajaan Majapahit

Pada masa kejayaannya, Majapahit adalah kerajaan besar yang menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Banyak bangunan megah dan candi-candi yang dibangun sebagai tanda kebesaran kerajaan ini, termasuk Candi Brahu. Tak heran, candi ini memiliki nuansa arsitektur yang mencerminkan perpaduan gaya Hindu-Buddha yang kala itu banyak dianut masyarakat.



2. Fungsi Asli Candi Brahu

Ada banyak spekulasi tentang fungsi asli Candi Brahu. Sebagian besar sejarawan percaya bahwa candi ini awalnya dibangun sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Namun, tak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa Candi Brahu benar-benar digunakan untuk itu. Hingga kini, Candi Brahu tetap menjadi salah satu peninggalan yang penuh teka-teki.



3. Arsitektur Candi Brahu yang Mengagumkan

Keindahan Candi Brahu tak hanya terletak pada nilai sejarahnya, tetapi juga pada struktur arsitekturnya yang sangat khas. Terbuat dari batu bata merah, candi ini memiliki tinggi sekitar 25 meter dan dibangun dengan teknik yang sangat presisi untuk ukuran bangunan dari masa lampau. Berikut beberapa ciri arsitektur Candi Brahu yang menarik:



Bahan Bangunan: Candi Brahu dibangun seluruhnya dari batu bata merah yang diproses sedemikian rupa sehingga tetap kokoh meski sudah berabad-abad berlalu. Proses pembuatan batu bata pada masa itu dikenal sangat rumit dan memerlukan keterampilan tinggi.
Bentuk Bangunan: Candi ini berbentuk persegi panjang dengan sisi-sisi yang simetris dan bagian atas yang meruncing. Gaya ini mencerminkan perpaduan budaya Hindu dan Buddha yang kala itu cukup dominan.
Relief yang Sederhana: Berbeda dengan candi-candi lain yang penuh dengan relief cerita atau ukiran dewa-dewi, Candi Brahu terlihat lebih sederhana. Hanya ada beberapa ukiran kecil yang dipercaya melambangkan kesederhanaan masyarakat sekitar pada masa itu.


4. Kapan Waktu Terbaik untuk Mengunjungi Candi Brahu?

Desa Bejijong, tempat Candi Brahu berdiri, sangat ramah untuk wisatawan. Waktu terbaik untuk berkunjung biasanya adalah pagi atau sore hari saat matahari tak terlalu terik. Di sekitar candi, kamu juga bisa melihat berbagai kerajinan tangan khas Trowulan yang dijual oleh penduduk setempat.



5. Legenda dan Misteri yang Menyelimuti Candi Brahu

Tak bisa dipungkiri, Candi Brahu juga dikelilingi oleh banyak mitos dan legenda yang menambah daya tariknya. Banyak masyarakat setempat percaya bahwa candi ini memiliki kekuatan mistis dan menjadi tempat peristirahatan arwah leluhur Majapahit.



6. Legenda Asal Usul Candi Brahu

Menurut cerita rakyat, konon Candi Brahu dibangun oleh seorang raja Majapahit yang ingin mempersembahkan tempat pemujaan untuk para dewa. Meski demikian, legenda ini tak didukung bukti arkeologis yang cukup, sehingga tetap menjadi mitos turun-temurun yang dipercaya masyarakat sekitar.



7. Kisah Kekuatan Mistis

Sebagian masyarakat setempat percaya bahwa Candi Brahu memiliki kekuatan mistis yang dapat membawa keberuntungan bagi siapa saja yang berdoa atau meditasi di sana. Bahkan, ada pula yang meyakini bahwa candi ini menjadi portal menuju alam lain, meskipun ini hanya sekadar kepercayaan lokal.



8. Desa Bejijong: Menjelajahi Lebih Dalam Warisan Budaya Majapahit

Tak lengkap rasanya membahas tentang Candi Brahu tanpa menyebut Desa Bejijong, desa wisata yang dikelilingi oleh peninggalan Majapahit. Berikut beberapa daya tarik lain dari Desa Bejijong:



Rumah Tradisional Majapahit: Desa Bejijong terkenal dengan rumah-rumah yang masih mempertahankan arsitektur tradisional Majapahit. Rumah-rumah ini dibangun dari bahan alami seperti kayu dan bambu, serta memiliki struktur yang mirip dengan rumah tradisional pada masa Majapahit.
Kerajinan Gerabah dan Patung: Penduduk Desa Bejijong terkenal sebagai pengrajin gerabah dan patung yang terinspirasi dari gaya Majapahit. Ini menjadi salah satu daya tarik utama wisatawan yang ingin membawa pulang oleh-oleh unik khas Majapahit.
Upacara Adat dan Ritual: Masyarakat Desa Bejijong masih sering mengadakan upacara adat untuk menghormati leluhur. Salah satu yang terkenal adalah ritual "Tirto Wening", yaitu upacara penyucian air yang dilaksanakan di sekitar Candi Brahu.


Mengapa Mengunjungi Candi Brahu di Desa Bejijong? Jika kamu masih ragu untuk mengunjungi Candi Brahu, berikut beberapa alasan yang mungkin membuatmu tertarik:



Peninggalan Majapahit yang Ikonik: Candi Brahu adalah saksi bisu kejayaan Majapahit, kerajaan terbesar di Nusantara. Mengunjunginya akan membuat kita merasa kembali ke masa lalu.
Pengalaman Budaya yang Unik: Desa Bejijong menawarkan pengalaman wisata budaya yang autentik, dari arsitektur, seni, hingga upacara adatnya.
Wisata Sejarah dan Edukasi: Candi Brahu bukan hanya tempat wisata, tetapi juga sumber pengetahuan tentang sejarah dan arkeologi Majapahit.


9. Seputar Candi Brahu di Desa Bejijong

Apakah Candi Brahu benar-benar digunakan untuk membakar jenazah raja-raja Majapahit? Tidak ada bukti konkret tentang hal ini. Namun, banyak sejarawan percaya bahwa candi ini memang dibangun sebagai tempat pemujaan dan mungkin juga sebagai tempat pembakaran jenazah.
Apakah Candi Brahu masih digunakan untuk upacara ritual? Ya, masyarakat Desa Bejijong masih mengadakan upacara adat tertentu di sekitar Candi Brahu, meskipun fungsinya lebih sebagai simbol daripada praktik keagamaan.
Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Candi Brahu? Waktu terbaik adalah pagi atau sore hari, agar pengunjung bisa menikmati suasana sejuk dan melihat keindahan candi tanpa terik matahari.


Kesimpulan

Mengunjungi Candi Brahu di Desa Bejijong adalah pengalaman yang tidak hanya menambah wawasan sejarah, tetapi juga memberi kita kesempatan merasakan kehidupan masa lalu yang pernah begitu jaya di Nusantara. Dari arsite

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun