Saya membayangkan, seandainya jalan-jalan di Indonesia seperti itu, tentu sangat menyenangkan. Pasti kita tidak lagi mengeluh dengan cuaca yang belakangan ini terasa sangat terik. Saya merasakan, tidak hanya di Jakarta, di luar Jakarta pun, pohon peneduh mulai hilang, ditebang, entah dengan alasan pelebaran jalan atau pembangunan. Coba dibayangkan, seandainya sepanjang jalan pantura punya peneduh pohon Munggur seperti di Alam Sutra, tentu perjalanan mudik kemarin, baik yang naik motor maupun roda empat akan lebih menyenangkan.
Zaman saya kecil, Munggur adalah pohon peneduh yang lazim tumbuh di jalanan. Pohon yang tergolong cepat besar, dengan daun kecil2 tumbuh bagai payung alam.
Buahnya panjang berwarna hitam kecokelatan dengan biji-biji tersusun memanjang, menyerupai biji lamtoro. Di Klaten, buah itu namanya Mindik. Tapi di daerah lain, seperti Wonogiri, kata temen saya, Ete, namanya Godril.
Enak? Ya, rasanya gurih, Â jika biji2 yang kulitnya keras itu digoreng sangan dengan wajan dari tanah liat sampai kulitnya pecah hingga gampang dikupas.
Beruntung saya tadi ikut menunggu teman yang ban sepedanya bocor. Saya melihat buah mindik atau godril ini berserakan diantara rumput dan daun kering. Saya memungut beberapa buah dan saya masukkan ke kantong jersey.
Saya mengambil buah itu bukan rindu makan mindik. Tapi saya rindu jalan2 di Jakarta dipayungi kanopi pohon Munggur di kanan kiri. Saya coba semai biji-biji itu… Seperti menyemai impian kanopi pohon munggur.