Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Cerita dari Singapore: Sekitar Masjid Sultan

23 Juni 2015   05:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:40 210 0
CakImamSuwandi, Singapore: Alhamdulillah aku bersyukurlah bisa sholat jumat di Masjid Sultan. Masjid Sultan terletak di Kampung Glam kawasan Arab Street, Singapura. Inilah masjid pertama yang dibangun di negeri singa itu. Hingga kini, masjid bersejarah itu masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan asing muslim yang datang ke Singapura.

Saat aku berkunjung (Juni 2015) masjid dalam renovasi, Terlihat beberapa bagian gedung dibalut oleh penutup plastik warna biru. Sehingga aku tidak merekam bagian luar masjid. Aku datang tidak memakai celana panjang atau sarung. Karena aku kesini sebenarnya sedang wisata dan tidak membawa ransel. Aku hanya menenteng tas kecil berisi paspor dompet dan camera saja. Aku berharap bisa menemukan sarung di masjid yang biasanya disediakan beberapa masjid di Indonesia.

Rupanya harapanku itu tidak sia-sia. Dipintu masjid pengurus masjid menyediakan sarung dan baju koko yang dipinjamkan untuk jamaah yang ingin sholat. Beberapa baju koko dan sarung berjejer rapi dan petugas masjid yang melihatku datang dengan celana pendek langsung menghampiriku dan menyodorkan kain sarung warna hijau. "Silahkan pakai sarung ini, nanti kalau selesai sholat bisa dikembalikan lagi kesini" ujar seorang bapak-bapak dengan logat melayu. Akupun segera menyambut sopan santun bapak itu sambil tersenyum. "Terima kasih", jawabku.

Akupun segera berwudhu. Kran wudhu disini settingnya lebih rendah. Karena tempat wudhu disini biasanya memakai tempat duduk. Usai berwudhu, akupun masuk masjid. Saat memasuki masjid aku melihat beberapa kotak amal yang diberi tulisan tabung ramadan dan tabung wajah baru masjid. Digapura masjid terdapat info tentang muslim dan diatas kotak amal terdapat wadah dan kain berminyak. Awalnya aku penasaran apa sebenarnya minyak kuning itu. Ternyata setelah aku menyentuh kain basah itu ternyata adalah minyak wangi berbau wangi arab.

Tak jauh dari pintu masuk aku melihat berjejer kursi plastik sekitar 3 baris. Rupanya kursi tersebut disiapkan untuk jamaah yang tidak sanggup sholat dengan berdiri. Rata rata yang menempati barisan kursi ini adalah orang-orang tua atau sdg sakit sehingga tidak bisa shalat seperti biasa. aku tidak pernah melihat barisan jamaah kursi di Indonesia. Biasanya kalo di Indonesia aku melihat orang tua yang ikut sholat jumat membawa kursi portable sendiri atau sholat sambil duduk dilantai saja.

Adzan berkumandang, akupun duduk di lima baris depan. aku sempat merekam interior masjid sambil duduk mendengarkan khotbah. Uniknya di beberapa tiang terdapat tv layar datar yang ukurannya sekitar 30inch. Selain itu di lantai dua kanan kiri juga terdapat proyektor. Rupanya saat khotbah berlangsung layang monitor itu menayangkan tulisan terjemahan khotbah dalam bahasa Inggris. Sedangkan, sang imam berkhutbah menggunakan bahasa melayu. Wah rupanya, sang imam sudah mempersiapkan naskah khutbah dengan rapi karena diterjemahkan di layar.

Saya merasakan sholat disini seperti sholat di mekah. Karena kumandang takbir imam disambut dengan takbir asisten imam. Seperti lihat di tivi, maklumlah saya belum dipanggil Allah untuk melaksanakan rukun islam kelima.

Sebelum ke masjid, aku menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sekedar menjawab rasa penasaran di hati. Rupanya ada beberapa hal unik yang aku rasakan dikawasan Masjid Sultan. Pertama aku melewati jalan Arab. Disepanjang jalan kita bisa menemukan berjejer penjual baju muslim, perlengkapan sholat, permadani dan lampu khas timur tengah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun