Tapi berkas kerja belum juga selesai.
Banyak meja kosong kiri dan kanan,
Tinggal beberapa teman yang sedang lemburan.
Tetiba dering HP bunyi bersahut-sahutan,
Sang istri telepon agar hutang dilunaskan.
Tagihan listrik dan air juga belum ditunaikan,
Gaji ku pun baru ditangan minggu depan.
Kulihat dompet tinggal satu lembaran,
Amplop dalam laci meja kosong betulan.
Kurebahkan badan dalam kursi tak beroda,
Sambil berpikir sesiapa bisa pinjam seketika.
Melihat tumpukan berkas berantakan,
Sedari pagi tak selesai dituntaskan.
Radio dari HP terdengar ceramah dari sang Kyai,
Siapa yang bersedekah dilimpahi rezeki.
Kuambil lembaran dari dompet tak bersulam,
Panggil pramu bhakti belikan makan malam.
Traktir semua orang yang ada diruangan itu,
Terdengar riang bergaung doa untukku.
Esok pagi seperti biasa datang ke kantor lagi,
Seolah terlupa akan kejadian malam tadi.
Ku buka komputer tuk selesaikan pekerjaan,
Hasil ketik laporan belum tertuntaskan.
Tetiba seseorang mampir ke mejaku,
Lempar bungkusan amplop ke arahku.
Dia katakan itu pembagian milikku,
Uang tugas kegiatan bulan lalu.
Datang lagi teman yang lainnya,
Sambil nyengir berpeluh keringat di bajunya.
Seraya bercanda dia cium tangan,
Hutang 3 bulan silam kini bisa dilunaskan.
Aku terdiam seketika selepas mereka pergi,
Tak percaya hadapi kejadian semua ini.
Dua bungkus amplop telah jadi bukti,
Ceramah Kyai semalam bukan cuma janji.