Kenangan indah muncul kembali,
Sisi melankolis diri mulai menindik hidung,
Menggiring ke masa lalu,
Lihat itu bangku dan mejaku dulu,
Lihat ada goresan-goresan disana,
Tampaknya contekan sejarahku masih tersisa disana,
Eiitt,..sepertinya Aku meninggalkan sesuatu disana dulu,
Susah payah coba kuraih di sela lekukan kayu,
Dan ternyata memang masih disana,
Kubuka gulungan kumal kertas itu,
Suram namun masih terbaca,
Tampaknya ini rahasiaku dulu,
Hahaha....,
Wanita dibelakangku ternyata memikat hatiku,
Itu dulu, itu dulu, dan tentu itu dulu,
Lalu bagaimana dengan sekarang?
Ahh, saya malas bercerita tentang itu,
Tampaknya masih sama seperti dulu,
Tapi ada bedanya Di,..Apa itu?
Dia tak memberi tanda terhadap rasa dihatimu itu,
Ahh, tak mengapa lah...hidup memang harus seperti itu,
Kalau harus semua keinginan kita didapatkan bukan hidup rasanya,
Yang jelas rasa terima kasih itu layak saya berikan kepadanya,
Loh...Loh...Loh, kok gitu Di?
Tentu saja,lha Dia memberi warna dalam hidupku,
Memberi pengharapan bagi hidupku,
Kadang juga menghiasi mimpi-mimpi indahku,
Coba deh, Kamu pikir jika tak ada Dia waktu itu,
Akan sulit menjadi yang terbaik di kelas itu dulu,
Aduhh Di,...mana ada korelasinya?
Ada, tentu Aku malu didepannya tanpa rangking satu,
Dan, cerita menarik di buku harianku dulu,
Mungkin bisa menjadi cerita remaja di FTV kini,
Lalu apa harapanmu Di?
Harapan...Heemmm,
Tidak mungkinkan Aku memaksa orang untuk menyukaiku,
Pasrah dengan ketentuan Ilahi sepertinya akan membesarkan hatiku,
Sudah-Sudah Di...Bangun, Bangun, Bangun,
Terima kasih sahabat-sahabatku,
Sudah Membangunkan tidurku,