Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

3 Penamaan Kebudayaan Di Indonesia Yang Bikin Geleng Geleng Kepala

1 Februari 2023   15:36 Diperbarui: 1 Februari 2023   15:43 1572 1

Artikel ini ditulis oleh Cahyo Yuman Tripamungkas, mahasiswa dari Kejepangan Universitas Airlangga bertepatan magang di kementerian koordinator pembangunan manusia dan kebudayaan bidang Deputi 5

Indonesia adalah negeri dengan masyarakat majemuk yang dibentuk oleh perjalanan sejarah yang panjang. Wilayah kepulauan yang membentang dari Sabang hingga merauke membuat Indonesia memiliki banyak keanekaragaman baik budaya, etnis, agama. Berbagai keanekaragaman tersebut kerap kali kita temui penamaan budaya yang cenderung menarik. Contohnya 3 penamaan kebudayaan sebagai berikut:

Kebudayaan Dukun Beranak asal Betawi

Menurut pemahaman masyarakat Betawi, perempuan hamil mengeluarkan aroma darah segar janin, aroma itu mengundang rasa lapar makhluk halus, terutama kuntilanak. Untuk menangkal serangan kuntlara, dukun membacakan jampe-jampe pada benda-benda kecil yang tajam benga pisau kecil, gunting kecil, gunting kuku, dan sebagainya. Benda itu digantung di baju atau dipegang oleh perempuan ham atau dibuatkan watak jampe kain putih

Usia hamil tujuh bulan dianggap paling penting, karena ruh wh dupkan secara sempurna, itu sebabnya diselenggarakan upacara mujuh bulan. Upacara ini juga bertujuan memberi rasa aman kepada keluarga perempuan yang sedang hamil agar tidak terjadi malapetaka bagi diri dan keluarganya. Pada kegiatan muh bulan, dukun membetulkan posisi janin agar selalu dalam posisi yang benar

Dukun beranak dibutuhkan keahlian dan sugestinya, agar persalinan normal dapat berjalan lancar dan menyelamatkan dua nyawa. Sebelum persalinan, dukun memberikan ramuan berupa air putih dan minyak kelapa. Setelah melahirkan, tali pusar bayi dipotong dan ari-ari (placents) dimasukkan ke dalam kendil yang sudah disi dengan kembang tujuh rupa, lalu dikubur di dekat cericipan depan rumah atau di bawah tempat tidur dengan diterangi lampu cempor

Perempuan yang melahirkan kelihatan sangat lelah dan pucat, untuk itu keluarganya akan membuatkan masakan dari dedaunan segar. Masa ini dinamakan mapas, yaitu masa mengembalikan kesegaran bagi ibu yang baru pelahirkan. Dukun menyediakan ramuan khas Betawi, seperti: sambetan, jamu don sembung, jamu aer godogan, aer daon kumis kucing, dan jamu kayu rapet. Sebelum ibu si bayi dapat memandikan anaknya, dukunlah yang mengurusnya. Dimulai dari memandikan, memakaikan bedak, dan membedong (membebat) bayi.

Peranan dukun beranak tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja, salah satu keunggulan pelayanan dari dukun beranak adalah memberikan layanan memijat. Para dukun beranak ini senantiasa menemara dan memijat para ibu, sehingga membuat ibu lebih nyaman saat menjelang melahirkan. Peran dukun beranak ini juga meliputi berbagai segi lainnya, seperti mencucikan baju setelah ibu melahirkan, memandikan bayi selama tali pusar belum puput (lepas), memijit ibu setelah melahirkan, memandikan ibu, mencuci rambut ibu setelah 40 hari melahirkan, melakukan upacara sedekah kepada alam, dan dapat memberikan ketenangan pada pasiennya karena segala tindakannya. dihubungkan dengan alam supranatural, yang menurut kepercayaan akan mempengaruhi kehidupan manusia.

Keberadaan dukun beranak masih mendapat tempat dalam masyarakat meski dianggap tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang m Profesi sebagai dukun beranak biasanya merupakan warisan, diperoleh dan atau nenek yang juga menjadi dukun beranak secara turun-temurun, belajar dengan mengikuti ibu atau neneknya ketika menolong p Membawa peralatan, membantu menyiapkan air panas untuk perse dan melihat prosesnya. Setelah itu, lambat laun membantu persalinan san bersama-sama. Ketika ibu atau nenek tersebut sudah tua dan tidak bisa membantu persalinan, maka peralatan dan tanggung jawab sebagai d beranak diserahkan pada penerusnya.

Para dukun beranak juga melakukan sterilisasi dengan merebus alat ke dalam air panas. Artinya, pengetahuan medis tentang infeksi telah i memiliki. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan, mulai dari tanda-tanda warna puting susu, tanda denyutan pada bagian bawah pusar hingga tanda perilaku ibu yang tidak mau makan, mau muntah dan lemah. Pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan ditunjukkan dengan membedakan arah denyutan sebagai penanda jenis kelamin. Pengetahuan lainnya yang menyertai kehamilan dan kearifan local, yaitu apa yang harus dilakukan oleh ibu hamil dan berikut suaminya, seperti: orang hamil harus patuh pada suami, dan seterusnya.

Kebudayaan Mandi-mandi asal Dki Jakarta

Bukan seperti namanya, mandi yang dimaksudkan bukan mandi dengan air melainkan suatu penamaan hari raya yang diselenggarakan pas hari Minggu pertama sesudah Tahun Baru. Pesta ini dilakukan oleh vilu-vila "muda-mudi" dan orang-orang tua. Mereka menggosokkan bedak cair (putih) ke muka orang lain, dari wanita ke pria atau sebaliknya kepada sesama temannya. Kegiatan ini sebenarnya diperuntukkan bagi vilu-vila "muda-mu dalam mencari pasangan hidup, tetapi kemudian diikuti juga oleh para orang tua, sehingga berlangsung penuh kegembiraan dan sangat meriah. Unt menghormati Natal, bagi yang sudah dewasa, pada tanggal 24-31 Desember pantang mengkonsumsi minuman beralkohol. Pada Tahun Baru, merka merayakan pesta mandi-mandi, pesta mencoreng wajah dengan bedak card rumah masing-masing.

Tradisi ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur. Bedak cair yang puth ini menggambarkan kehidupan yang baru dengan jiwa yang baru di Tahun Baru Makna dari mandi-mandi adalah tanda seseorang memberi maaf kepada yg lain Setelah dicoreng bedak, maka orang yang dicoreng akan membersihkan sendiri bedak di wajahnya, dan ini berarti orang itu sudah memaafkan kesalahan orang lain.

Di Kampung Tugu, setiap malam Natal anak-anak membawa obor ke rumah-rumah keluarga mardjikers sambil berdoa dalam bahasa Portugis. Doanya sebagai berikut, "Bintisinko dia di Dicember nos Sior dia bi mundu. Libro nos pekador. Ungu noti di kinta fera assi klar koma di dia andju di nos Sior dialegria: Artinya, Pada tanggal 25 Desember Tuhan kita datang ke dunia. Selamatkanlah kami orang berdosa. Pada Kamis malam yang terang bagaikan siang, Tuhan menganugerahkan malam yang terang bagaikan siang, Tuhan menganugerahi kita kebahagiaan besar.

Kebudayaan Memek asal Provinsi Aceh

Kata "memek" kerap kali diartikan sebagai kata umpatan, tapi jangan salah kata Memek disini merupakan makanan tradisional Kepuluanan Simeulue yang cukup dikenal masyarakat setempat. Nama "memek" berasal dari kata mamemek yang berarti mengunyah-ngunyah atau menggigit. Namun saat ini masyarakat di Simeulue lebih populer menyebutnya sebagai memek. Makanan in tidak diketahui awal kemunculannya, namun sudah menjadi makanan turun-temurun. Memek merupakan makanan praktis yang dipakai masyarakat Simeulue bila berpergian antarpulau dengan kapal. Memek digunakan sebagai makanan selama di perjalanan, hal ini dikarenakan mudah cara membuatnya.

Memek terbuat dari bahan pisang masak dan beras. Bentuknya sekilas mirip dengan bubur, namun saat dimakan, rasa pisang dan beras ketan angral lebih terasa. Aroma gurih dari beras sangrai juga menusuk ke hidung. Makanan ini biasanya terbuat dari beras ketan, pisang. santan yang sudah dimasak, gula, serta garam. Proses pembuatannya adalah: beras ketan dibersihkan dengan air lalu ditiriskan, kemudian disangrai sampai masak.

Lalu pisang ditumbuk hingga halus, lalu dicampur beras ketan. Kemudian ditumbuk lagi hingga menyatu. Campurkan gula secukupnya ke dalam adonan. Setelah itu masukkan santan, dan terakhir masukkan garam. Makanan siap disajikan. Dapat ditambahkan es batu untuk menambah cita rasa.

Selama ini, memek memang tidak setiap saat dapat dijumpai di pulau Simeulue. Makanan ini biasanya disajikan untuk menu berbuka puasa saat bulan Ramadan. Akan tetapi jika dipesan, makanan ini bisa disediakan; namun karena terbuat dari santan, memek jadi tidak dapat bertahan lama. Saat ini memek juga banyak digunakan untuk acara-acara seperti penyambutan tamu daerah, acara kenduri, dan lain-lain.

Daftar Pustaka:

Prabawa S, Sudarsono D, Hidayat M, Hendra H & Fajri M. 2019. PENETAPAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA TAHUN 2019. Jakarta:DIREKTORAT WARISAN DAN DIPLOMASI BUDAYA DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun