Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mulutmu nggak Rombeng kan?

26 Oktober 2010   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:05 197 0
[caption id="attachment_303368" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi: vienka.com"][/caption]

Jangan sekali-kali mencederai kepercayaan dari orang lain. Karena sebuah kepercayaan tak tehingga harganya. Orang yang mampu menjaga kepercayaan orang lain terhadapnya biasanya mempunyai ciri khas. Mulutnya terkendali alias tidak rombeng!

Saya teringat Bapak di rumah. Meski ia hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR; sekolah setingkat SD pada dekade tahun 50-an) tapi saya tetap bangga. Mengapa? beliau adalah figure ayah yang komplit (kecuali saya tidak tahu beliau termasuk tipe yang romantis atau tidak. Hihi..).

Meski bukan seorang penghulu agama atau yang mempunyai jabatan di tingkat kecamatan, sering sekali beliau menjadi tempat dimintai nasihat dan saran-pendapatnya oleh warga. Saya tidak tahu pasti alasannya. Mungkin, salahsatunya adalah kemampuan beliau untuk selalu menjaga lisannya dari menyebarkan aib orang lain. Sehingga tetangga dan warga tidak segan untuk curhat dan kemudian meminta nasihat darinya.

Hal itu lah yang menyadarkan saya mengapa tadi pagi (26/10) tiba-tiba saja seorang teman datang dan langsung bercerita. Dia bercerita mengenai hal yang sangat sensitif. Saya kaget, mengapa mesti cerita kepada saya.

Pernah juga suatu ketika, seorang teman perempuan meminta bertemu empat mata. Awalnya, saya bingung apakah memenuhi permintaannya atau tidak. Hehe… bukan apa-apa, meski hanya seorang teman, biasanya lidah ini nggak bisa diajak kompromi saat berbincang-bincang dengan lawan jenis, selalu kelu. Akhirnya, saya penuhi juga permintaannya. Pada pertemuan itu ia langsung membuka pembicaraan dengan kalimat. “Aku ngomongin ini karena aku percaya mulutmu nggak rombeng….”. Jadilah ia bercerita bla..bla…bla…

Kadang timbul pertanyan di hati saya, “Apakah benar mulut saya ini nggak rombeng?” padahal tidak sedikit hati yang tersakiti gara-gara mulut ini. “Apakah saya pantas dimintai pendapat mengenai suatu masalah dan kemudian memberikan saran?” ah, bingung juga jadinya dengan sikap orang.

Baru-baru ini saya mendapat ejekan (mungkin peringatan bagi saya agar tidak larut dalam perasaan sudah cukup bisa menjaga mulut ini). Ejekan itu berkaitan dengan salahsatu permasalahan yang cukup sensitif (uang dan utang), saya adalah salahsatu orang yang ikut menyumbangkan advise (karena diminta) dalam permasalahan ini. Dan ternyata masalah ini cukup mengular, berbelit-belit dan panjang urusannya. Bagaimana bunyi pesannya? Kurang lebih seperti ini: “WAH… KAMU SEBAGAI APA DALAM MASALAH INI? STAKE HOLDER BUKAN, ADVISER BUKAN, CALO BUKAN… HMM… EMANG KAMU INI SUKA IKUT CAMPUR URUSAN ORANG LAIN….

Akhirnya saya membuat catatan yang entah berkaitan atau tidak dengan pesan teman tersebut. Niat baik tidak selamanya dianggap baik!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun