Menjadi preman sungguhan di luar sana malah lebih praktis, murah dan sangat menguntungkan. Cuma modal tato dan wajah sangar doang sudah bisa membuat orang-orang terpipis-pipis, uang pun mengalir dengan lancar buat beli narkoba, pesta miras dan buat sewa perempuan nakal. Semua kenikmatan dunia nyata ada disini. Namun jangan sampai lupa diri, jangan lupa sisihkan sedikit pendapatan buat keluarga dirumah, dikampung dan saudara-saudara seperantauan, mereka semua tak boleh diabaikan karena hanya merekalah yang peduli sewaktu-waktu ketimpa apes.
Keluarga di rumah, anak istri tentu dibutuhkan oleh siapa saja termasuk para preman. Orang-orang di kampung nun jauh disana adalah mereka yang paling bisa menerima saat sang preman nati ketiban apes di masukkan dalam daftar wanted oleh aparat keamanan. Satu-satunya lokasi persembunyian yang paling aman dan nyaman adalah kampung halaman tercinta. " Jika pelit semasa berjaya sebagai preman mana mungkin orang-orang dikampung mau terima kita disaat susah mejadi buronan polisi " demikian di ucapkan oleh seorang tokoh preman perantau di Surabaya. " Di perantauan ini saudara sedaerah asal adalah saudara kandung, jangan abaikan mereka. Mereka yang akan membela jika kita terbelit masalah, baik itu ketika berhadapan dengan sesama preman atau masalah tak terduga lainnya " Tutupnya sambil mengelap lengan berototnya yang penuh tato, di bahunya sebuah gambar terukir nakal, gambar wanita tanpa busana dalam pose yang aduhai.
Di negara Indonesia Raya ini ada orang menjadi preman adalah hal yang biasa kita temui. Dari Sabang sampai Merauke bertabur preman-preman, saling bergabung menjadi satu menjadi raja di dunia gelap kejahatan. Namun jika ada orang gila yang rela menjadi preman di kompasiana tetap menjadi suatu keanehan tersendiri. Mengapa sih ada orang yang rela mengorbankan waktu nya di depan layar komputer hanya untuk menahbiskan dirinya menjadi seorang raja preman? Siapa yang hendak dipaksa pipis olehnya dengan hanya memposting tulisan kompasiana, yang ada dashboard pun penuh bukan oleh orang ketakutan tapi oleh orang tertawa, menertawakan kebodohan sang preman. Sang preman pun cukup merasa puas diri saat dalam satu hari ia bisa posting lebih dari satu tulisan yang isinya menghujat tindakan aparat KOPASSUS yang tempo hari berhasil menumpas 4 orang preman seperjuangannya di Lapas Cebongan. "Preman dilawan!" demikian batin sang raja preman sambil terus menghapus komentar dari kompasianer lain yang tidak sependapat dengannya.
Salam preman!