sebagian besar yang di beritakan lewat media cetak maupun media elektronik selalu menyinggung tentang isu pelanggaran kampanye pilkada di ibu kota. Kumis dan kotak-kotak kini menjadi perbincangan menarik yang sayang jika dilewatkan begitu saja, hampir setiap hari yang kudengar hanya tentang mereka berdua, seolah-olah urusan kota Jakarta kedepan hanya dapat ditentukan oleh kebijakan mereka. Tidak hanya iu saja belum lagi spanduk-spanduk mereka kini mulai bermunculan dimana-mana dan mulai menambah buruk pemandangan kota Jakarta padahal waktu kampanye putaran kedua belum lagi di mulai.
Kedua pihak mengklaim bahwa pemasangan spanduk-spanduk tersebut tidak dilakukan oleh pihak tim sukses mereka masing-masing, apakah mungkin di zaman sekarang ada orang yang rela membuang uangnya hanya untuk membuat spanduk-spanduk pengotor jalan, padahal untuk membeli secangkir kopi dan sebatang rokok kadang membuat kepala pusing.
Mungkin Saya adalah salah satu orang yang tidak percaya bahwa segala macam persoalan kota Jakarta dapat terselesaikan oleh salah satu diantara mereka (KUMIS DAN KOTAK-KOTAK), karena belum jadi saja mereka banyak melakukan berbagai macam kesalahan dalam melakukan kampanye. Seharusnya mereka sadar tentang apa yang dibutuhkan warga Jakarta kedepannya bukan hanya sekedar hal-hal yang sangat vokal mereka teriakan selama ini, kalau hanya banjir dan macet saja mungkin itu sudah menjadi perbincangan biasa di kota Jakarta bahkan sudah menjadi menu sarapan setiap harinya.
Dari pada masing-masing pihak saling tuduh dan saling lapor tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh lawannya, alangkah lebih baiknya jika mereka duduk bersama dan mendiskusikan persoalan-persoalan yang sedang dialami kota Jakarta. Sehingga nantinya akan lahir Visi dan Misi yang lebih baik lagi karena kurang dari dua minggu lagi warga akan kembali memilih siapa yang nantinya akan memimpin ibu kota bangsa ini.
Jika keadaan masih begini dan akan terus bertambah panas setiap harinya Saya tidak akan kaget jika nanti pihak yang kalah akan menggugat si pemenang, karena pada dasarnya mereka akan bertitik tolak pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh lawan. Akhirnya warga jugalah yang akan dirugikan dan persoalan tidak akan kunjung terselesaikan