Dulunya, angkutan kota (angkot) merupakan transportasi publik yang sangat diandalkan oleh masyarakat Kota Bengkulu untuk berpergian, baik kekantor, ke sekolah maupun ke pasar.
Bahkan, untuk memudahkan masyarakat berpergian menggunakan jasa angkot, pemerintah memberlakukan warna dan kode yang pada angkot berbeda sesuai dengan jurusan masing-masing.
Seingat saya, ada 5 warna angkot beroperasi yaitu putih, merah, kuning, hijau dan biru, serta setiap warna angkot diberi lagi dengan kode huruf dan angka minimal 2 kode, misalnya angkot warna putih ada kode C1 dan C 2.
Sedangkan tarif diberlakukan berbeda diantara penumpang umum termasuk karyawan dengan penumpang yang berstatus mahasiswa atau pelajar. Sehingga dimasa rasa senasib sepenanggungan sesama penumpang terbina dengan baik.
Namun kebersamaan itu pelan tapi pasti mulai bergeser, manakala ekonomi masyarakat mulai membaik, dimana banyak dari warga kota yang sudah mampu membeli kendaraan sendiri berupa kendaraan roda dua.
Kondisi tersebut diperparah juga dengan banyaknya pihak-pihak yang memfasilitasi kemudahan dalam kepemilikan kendaraan berupa kredit dengan persyaratan sederhana dan uang muka relatif kecil.
Dengan banyaknya warga yang telah memiliki kendaraan pribadi, praktis ketergantungan mereka terhadap angkot untuk berpergian semakin berkurang.
Belum lagi adanya pendatang baru berupa transportasi online yang lebih memberikan kenyamanan, baik kendaraan roda empat maupun roda, menambah penyebab warga berpaling dari menggunakan jasa angkot.
Jadi yang masih menggunakan jasa angkot hanya dari kalangan tertentu saja dan para pemilik kendaraan yang kendaraannya dalam kondisi rusak atau tidak layak jalan.
Meskipun ada banyak dari pemilik angkot yang merubah objeknya, dari pengangkut penumpang menjadi pengangkut barang, seperti sayur-sayuran misalnya, tetapi tetap tidak merubah keadaan.
Sehingga angkot di Kota Bengkulu hari ini benar-benar ' punah ", setelah jaya menjadi transportasi andalan warga selama puluhan tahun.#