Bismillah,
Kelengkapan fasilitas yang dimiliki sebuah sekolah merupakan salah satu faktor pendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, termasuk adanya toilet.
Toilet, tidak hanya harus selalu bersih agar nyaman digunakan oleh para murid, tetapi jumlahnya juga harus mencukupi sesuai dengan jumlah murid-murid yang akan menggunakannya.
Berapa perbandingan jumlah toilet dengan jumlah murid yang akan menggunakannya serta frekuensi dan durasi pemakaiannya harus betul-betul dilakukan perhitungan yang cermat dan tepat oleh ahlinya.
Hal ini untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi antrian yang terlalu lama ketika murid-murid hendak menggunakan toilet secara bersamaan dalam jumlah yang relatif banyak.
Menurut pengalaman selama belasan tahun menjadi murid di masa lalu, bahwa salah satu penyebab sebuah toilet disekolah kotor dan bau, karena adanya oknum dari murid yang terpaksa membuang hajat diluar toilet, dipicu terlalu lama menunggu antri.
Disamping itu, berdasarkan pengamatan ada juga diantaranya, toilet murid laki-laki dan murid perempuan tidak dipisahkan dan ini juga terkadang menjadi " biang kerok " kotornya toilet, akibat " tabrakan " penggunaan dan salah satu pihak belum sempat untuk membersihkannya.
Oleh karena itu hal-hal kecil dan remeh temeh seperti itu tidak harus terjadi, jika pembangunan toilet direncanakan secara matang sejak dari awal.
Lalu siapa yang paling bertanggungjawab atas kebersihan toilet sekolah ?
Untuk menjawab pertanyaan diatas tentu perlu dilihat terlebih dahulu tingkatan sekolah tersebut; Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas.
Jika toilet di sekolah dasar, tentu tidak ada komprominya dan harus dijaga kebersihan oleh pengelola, karena tidak mungkin dan sangat riskan kalau murid-murid seusia sekolah dasar untuk diajak gotong royong untuk membersihkan toilet mereka.
Tetapi, jika toilet itu di sekolah menengah pertama atau atas, tentu dalam rangka memupuk jiwa dan semangat gotong royong tidak jadi persoalan bila mengajak mereka, termasuk para gitu untuk gotong royong secara insidental atau dengan jadwal tertentu satu kali satu minggu misalnya.
Jadi pada intinya tetap tanggung jawab pengelola, tetapi dalam konteks ini murid-murid dan dewan guru hanya sebagai pembantu dalam rangka bertoleransi dengan pihak pengelola.
Sekolah dengan toilet yang senantiasa terjaga kebersihannya dan jumlahnya cukup sesuai dengan kebutuhan murid-murid serta terpisah peruntukannya diantara murid perempuan dan laki-laki dapat menjadi salah satu faktor pendorong bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya disekolah tersebut.
Disamping itu, toilet yang selalu bersih menjadi indikator memberi kesan bahwa sekolah tersebut bersih dan sehat. Di bagian belakang saja nampak bersih, apatah lagi bagian depan, samping dan ruangannya.
Majulah kita semua.#