Bismillah,
Orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya tumbuh berkembang normal dan pada gilirannya menjadi anak yang berkepribadian baik.
Akan tetapi pada perjalanannya dan kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak kasus dimana anak berkembang menjadi " nakal."
Bila sudah demikian, biasanya yang menjadi kambing hitamnya atau yang disalahkan adalah pola asuh.
Oleh karena itu ketika akan/sudah memiliki momongan maka ayah bunda membuat kesepakatan tentang pola asuh yang hendak diterapkan terhadap si " buah hati."
Atau formula pola asuh yang bagaimana yang akan dilakukan kepada si " belahan jantung."
Meskipun hal ini kelihatannya sepele, namun kesepakatan itu penting demi masa depan anak yang cemerlang.
Jadi baik ayah maupun bunda mempunyai peran yang sama, walaupun kadar dan objek asuhannya saja yang berbeda.
Artinya, ayah dan bunda berbagi tugas, ayah misalnya mengasuh anak pada aspek keberanian serta kemandirian dan bunda misalnya aspek sosial kemasyarakatan serta keagamaan atau budi pekerti.
Juga yang penting dan harus jadi perhatian yaitu jangan sampai terjadi substansi asuhan antara ayah dan bunda bertabrakan satu sama lain dan hal ini bila terjadi tentu akan membingungkan si " buah hati.
Contoh kasus, ayah membolehkan bercakap-cakap sambil makan, sedangkan bunda melarang, tentu anak bingung mengambil keputusan, menuruti ayah atau bunda.
Serta ada segudang lagi persoalan yang bakal ditemui, bila diantara ayah dan bunda mengedepankan ego masing-masing.
Jadi kesimpulannya dalam menerapkan pola asuh yang akan diterapkan terhadap anak, terlebih dahulu ada kesepakatan antara ayah dan bunda. Untuk substansi asuhan yang berbeda, perlu dikompromikan.
Majulah kita semua. #