Bismillah,
Beberapa hari yang lalu salah seorang tetangga dekat saya meninggal dunia setelah cukup lama menderita sakit.
Berita meninggalnya almarhum cepat tersebar kemana-mana karena melalui whatsapp grup Rukun tetangga lalu diteruskan ke beberapa whatsapp grup yang dimiliki.
Tak lama kemudian banyak tetangga, kerabat dan kenalan almarhum berdatangan kerumah duka, guna melayat tanda turut berduka cita atau belasungkawa terhadap keluarga almarhum.
Sejak dari awal penanganan jenazah, memandikan dan mengafani terlihat situasi biasa-biasa saja karena dua fardu kifayah ini masih dilakukan di rumah almarhum.
Barangkali karena jenazah masih dirumah dan jemaah yang melayat juga masih ramai dalam rangka menunggu pelepasan sebagai penghormatan terakhir.
Akan tetapi suasana mulai berubah menjadi hening dan sedikit mulai sedih, tatkala keranda yang berisi jenazah dan tertutup rapat itu bergerak menuju masjid untuk disholatkan.
Jenazah yang terbujur kaku dalam keranda tersebut diletakkan di bagian paling depan, lalu maju salah seorang diantara keluarga terdekat untuk memimpin sholat atau menjadi imam.
Sholat 4 takbir tanpa rukuk, sujud dan duduk serta diawali dengan takbir dan disudahi dengan salam itu selesai, lalu keranda jenazah dimasukkan kedalam mobil khusus jenazah yang dari tadi menunggu.
Mobil bergerak lambat, serine berbunyi keras lalu melaju cepat menuju lokasi pemakaman umum yang letaknya relatif jauh dari rumah almarhum.
Kendaraan saya yang membawa sebagian dari anak-anak almarhum mengiringi dan selama dalam perjalanan terasa hening, walaupun sesekali ada suara tangisan dari salah seorang cucu almarhum.
Setelah kurang lebih 20 menit di perjalanan, saya lihat mobil jenazah memberi isyarat dengan menyalahkan lampu sen kanan, pertanda sudah akan memasuki areal pemakaman umum.
Tiba di pemakaman, dengan hati-hati jenazah dikeluarkan dari keranda, lalu diangkat dan diberikan kepada 3 orang yang sudah berada di dalam lobang makam.
Kemudian jenazah diletakkan diliang lahat sambil tali ikatan kapan dilepas dan dihadapkan ke arah kiblat, lalu ditutup dengan menggunakan papan yang sudah diserut halus.
Sampai tahapan ini saya merasakan sedih bercampur sedikit takut dan terbayang bahwa di suatu saat nanti akan diberlakukan seperti itu juga.
Rasa sedih bercampur aduk dengan ketakutan itu bertambah, manakala lobang makam mulai diurug dan terus diurug sampai rata dengan permukaan tanah dan dibuatkan gundukan tanah sedikit tinggi, sebagai tanda bahwa ini adalah kuburan.#