Bismillah,
Ada ungkapan yang populer, " Buku itu gudang ilmu, membaca kuncinya."
Kata-kata dalam ungkapan tersebut merupakan motivasi agar senang membaca, karena walaupun memiliki buku yang banyak bila kemauan untuk membacanya kurang atau tidak ada tentu kandungannya tidak dapat diketahui.
Ada orang yang memiliki banyak buku dengan membuat perpustakaan pribadi, tapi sekedar pajangan yang tersusun rapi jarang disentuh, apalagi dibuka untuk dibaca.
Fenomena " sepinya pengunjung " pada sebuah perpustakaan sekolah, kampus, dan perpustakaan milik pemerintah terjadi di mana-mana.
Mudahnya mendapatkan sumber bacaan hari ini telah menggeser dan menggusur keberadaan buku yang sesungguhnya, bukan e-book atau buku digital.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan "dimakluminya ' berbagai macam jenis tulisan ilmiah mengambil rujukan sebagai pustaka dari wibesite atau enternit dan sejenisnya.
Oleh karena itu, ditengah maraknya penggunaan e-book atau buku digital hari ini, masih adakah " pelajar " menenteng buku dengan bangganya serta lari-lari dan duduk di perpustakaan membaca buku ?
Juga masih adakah " pelajar atau mahasiswa " yang diberi julukan " sikutu buku," meskipun julukan tersebut sesungguhnya berefek positif bagi yang bersangkutan.
Dan tentunya masih sederet lagi pertanyaan- pertanyaan yang berkenaan tentang buku ini.
Tanggal 23 April merupakan hari buku sedunia, sebagai wujud penghormatan kepada seorang penulis asal Spanyol bernama Miguel de Cervantes, yang meninggal pada tanggal tersebut dan bahkan pujangga William Shakespeare diketahui meninggal di tanggal yang sama.
Maka UNESCO pada tahun 1995 memutuskan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia dirayakan setiap tanggal 23 April.
Untuk itu jadikan Hari Buku Sedunia tahun 2024 ini sebagai momentum untuk mencintai buku sesungguhnya, bukan hanya buku digital atau e-book dan gemari membacanya, sehingga makna literasi dapat terwujud dalam bentuk yang nyata.
Majulah kita semua. # B. Nurman.