Bismillah,
" Zul,... sarapan dulu nak.." !
" Ya, Bu," terdengar jawaban dari seorang anak muda generasi Z, sepertinya masih berada dalam sebuah kamar, dan bersiap-siap ingin pergi ke suatu tempat.
Dialog singkat, antara seorang Ibu dengan anaknya itu terjadi di pagi hari, beberapa hari yang lalu di bulan Pebruari tahun dua ribu dua puluh empat.
Hari itu merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa dan negaranya Indonesia yaitu pesta demokrasi untuk menentukan wakil-wakilnya dan Pemimpin negara mereka lima tahun kedepan.
Kekhawatiran Ibu tersebut sangat beralasan, karena ditengarai bahwa tugas-tugas yang akan dijalani anaknya akan menyita waktu seharian penuh dan bahkan bisa lanjut pada malam harinya.
Sebagaimana di ketahui oleh sang Ibu bahwa anaknya merupakan salah seorang dari sekian ratus ribu anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara di tanah air yang tercinta.
Sang Ibu tahu kalau tugas kelompok penyelenggara pemungutan suara itu rumit, menuntut ketelitian serta menyita tenaga dan pikiran, karena mendengar cerita dan pengalaman dari petugas terdahulu pada pesta demokrasi sebelumnya.
Terbayang dengan Sang Ibu dengan sarapan atau makan pagi yang banyak, maka tenaga dan pikiran si anak akan kuat serta dapat fokus mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya hari itu.
Sebaliknya bagi si anak beban tugas yang akan dilaksanakannya dianggap biasa-biasa saja, maklum generasi Z, baru pertama kali hendak memberikan suara dalam pesta demokrasi, juga sekaligus terpilih sebagai anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara.
Namun berbekal dari Bimbingan teknis yang diikutinya dan belajar dari para seniornya sesama petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara, akhirnya tugas yang di bebankan kepadanya tuntas dengan baik.
Lalu, ketika si anak pulang dari melaksanakan tugas esok harinya, Sang Ibu nanya, " gimana sudah selesai tugasnya " ?
Si anak dengan santai menjawab, " " "Alhamdulillah, beres dan mudah-mudahan tidak ada lagi masalah, satu hari satu malam Bu tugas ni, " tambah si anak, sambil tertawa kecil.
Kemudian ditambahkan lagi oleh si anak, "namanya pesta, kok... nggak ada makan minumnya untuk para undangan (baca, para pemilih)" ?
Benar juga gumam Sang Ibu, " tapi siapa yang bakal nyiapin orang sebanyak itu dan lagian namanya pesta demokrasi, bukan pesta resepsi."
Majulah kita semua. #