Ia lelaki yang tak menyerah menyeret-nyeretku berpindah dari tempat ke tempat. Olehnya aku diajak pergi di setiap sudut kota sunyi yang baru kutinggali.
Awalnya, Ia mengajakku duduk antara karang. Melihat ombak pantai dan bermain layang-layang. Aku diajaknya menjadi anak kecil yang tumbuh di gubuk nelayan.
Kemudian, kau mengajariku mencintai nenek tua penjual kopi tak beralas kaki. Nenek yang sorot matanya tajam hitam. Yang dari kepulan asap rokok kretek di mulutnya keluar lukisan kelam. Yang dibiar suaminya berjuang sendiri setiap malam. Kau yang mendorongku agar dewasa.
Akhirnya, kau membawaku ke ujung senja. Kau bawaku mendaki puncak asta {1} berziarah menebar pandang di antara kematian menjulang. Merapuh tersujud dijelaskanmu setelah hidup.