Kecintaannya pada seni akhirnya luntur tatkala kebutuhan dan masa depan yang lebih menjanjikan datang menggoda. Aryo bimbang, tapi tak ada pilihan dan mengharuskannya berangkat ke Malaysia untuk bekerja sebagai TKI. Iming-iming gaji tinggi dan penghasilan lebih membulatkan tekadnya dibanding mengolah sawah yang semakin tak bisa diandalkan. Keteguhan dan keperkasaanya sebagai pembarong tak jua mampu membuatnya bertahan.
KEMBALI KE ARTIKEL