Menurut Pak Abdul Gaffar Karim, perdebatan di atas adalah serupa lagu lama yang miskin esensi atau substansi. Masih menurut beliau, jika toh mau diperdebatkan, maka objek materinya adalah daging hasil kurban. "Apakah ia akan disate atau disemur?"
Masih dalam suasana Iduladha, saya ingin mengemukakan pertanyaan ringan kepada Anda. "Apakah Anda bagian dari orang yang berkurban di Iduladha tahun ini atau, justru, Anda adalah yang mendapat bagian daging kurban?"
Pertanyaan di atas bukan untuk mengukur kemampuan atau keimanan Anda dalam melaksanakan perintah Tuhan yang termaktub dalam Q.S. Alkautsar: 2, "...dan berkurbanlah!". Pertanyaan tersebut hanya hendak memastikan bahwa Anda di tahun ini bisa mengonsumsi daging kurban dengan baik dan benar.
Perlu dicatat, bahwa daging kurban tak hanya diperuntukkan bagi kaum miskin semata. Kurbani (pelaku kurban) juga mendapatkan haknya dari obyek yang ia kurbankan, tetangga sebelah yang ekonominya menengah pun boleh mendapatkan bagian daging kurban tersebut. Jika mau disederhanakan kira-kira begini: "Setiap orang di hari raya kurban ini berhak mengonsumsi daging kurban dari para kurbani".
Momentum inilah yang kemudian kita sebut sebagai hari raya kaum muslimin untuk makan dan minum. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Iduladha dan Hari Tasyrik (11, 12, 13 Zulhijjah) adalah hari raya bagi kaum muslimin untuk makan-makan dan minum-minum, sejenak tak berpuasa dahulu. Bergembiralah wahai kaum muslimin.
Saya termasuk orang yang bergembira, dalam konteks itu. Limpahan daging kurban tahun ini memberikan warna dan wajah baru bagi kampung saya.Â