KUDA Troya sesungguhnya tidak sungguh-sungguh kuda. Kuda Troya adalah sebuah legenda dari semanjung Balkan. Sebuah patung kuda yang terbuat dari kayu, ketika bangsa Yunani berperang melawan bangsa Troya. Kejadiannya abad ke-XIII Sebelum Masehi.
Legenda itu berasal dari kisah nyata Perang Troya (Trojan War). Webster International Encyclopedia menyebut, kisah bermula ketika putra mahkota Kerajaan Troya jatuh cinta kepada Helen. Sang putra mahkota mabuk kepayang siang malam terbayang Helen. Sayang disayang, Helen sang pujaan hati adalah istri dari Menelaus, seorang pejabat tinggi dari Kota Sparta, Yunani. Singkat cerita, entah bagaimana kejadiannya, Helen yang cantik jelita itu berhasil dilarikan oleh sang Putra Mahkota ke Troya. Mungkin Putra Mahkota menggunakan jurus pantun Melayu ini:
Kutanam pinang rapat-rapat
Supaya mudah kuda berlari
Kupinang-pinang tak dapat-dapat
Kubujuk-bujuk kubawa lari.
Kerajaan Yunani marah alang kepalang, bukan hanya disebabkan kehilangan Helen, tapi mereka merasa dipermalukan. Mereka bersumpah akan menuntut balas sampai tetesan darah penghabisan. Helen harus direbut kembali dan Kerajaan Troya harus dihancurkan. Maka singkat cerita, Yunani menyerbu, perang pun pecah. Tapi Kerajaan Troya sudah mempersiapkan diri. Diserang dari segala penjuru, tetapi balatentara Yunani gagal memasuki Kota Troya. Troya dikepung selama sepuluh tahun, tapi tak ada kemajuan. Ketika hampir putus asa, tentara Yunani menemukan sebuah taktik, mereka berpura-pura mundur dengan meninggalkan sebuah patung kuda raksasa yang terbuat dari kayu di luar tembok Kota Troya. Hebatnya di dalam perut patung bersembunyi beberapa orang tentara Yunani. Melihat tentara Yunani mundur, konon, tanpa perasaan curiga patung tersebut diangkut oleh orang-orang Troya ke dalam kota.
Di malam yang kelam, beberapa tentara Yunani yang bersembunyi di perut kuda, diam-diam keluar, mereka membuka gerbang kota sehingga tentara Yunani dalam jumlah besar leluasa memasuki kota. Troya menjadi lautan api dan takluk. Dan sicantik Helen berhasil direbut kembali. Bagaimana dengan nasib patung kuda? Sang patung ditinggalkan menjadi barang rongsokan tak berguna.
Berabad-abad kemudian, di era modern, tentu tak ada lagi kuda Troya. Tapi modus kuda Troya dalam bentuk konsep tetap banyak digunakan. Riau adalah kuda troya, kuda beban negeri ini. Setelah minyak dan kayunya habis kelak, daerah ini barangkali akan bernasib sama dengan rongsokan patung kuda di Troya itu. Birokrasi juga menjadi kuda troya bagi penguasa dan politisi. Mereka menjadi kuda beban bagi kepentingan politik. Sayangnya birokrasi kita seringkali tidak menyadari kalau mereka diperkuda, atau malah ikut memperkuda. Kasihan.
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net