Memilih meninggalkan rumah, bukan keinginanku. Ini semua karena keadaan yang memaksaku untuk pergi. Bahkan sudah berhari-hari aku tidak bisa tertidur karena riuh gemuruh pertengkaran ayah dan ibu yang menjadi jadi. Kini, perjalananku menuju rumah nenek adalah tindakan yang paling tepat untuk terbebas, bukan bermaksud untuk melarikan diri, namun aku tidak memilih antara ibu atau ayah. Lain halnya dengan Edu dan Si Cantik Naima yang dibawa oleh ibu sedangkan Mas Reno dan Mbak Nuri sudah berkeluarga, tentu mereka tidak merasakan pengaruh yang besar dengan adanya perpisahan ayah dan ibu karena mereka pun sudah lama tidak menengok keadaan aku, Edu dan Naima. Ayah pun tidak ingin tinggal dengan siapa-siapa, menyuruhku untuk pergi. Menyedihkan, itulah yang kurasakan kini bahkan lebih menyedihkan ketika aku membuka dompet dan hanya dua lembar uang seratus ribu, bekalku untuk menginap selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan di rumah nenek.