Kami dalam perjalanan pulang setelah 3 hari menikmati liburan di Bandung. Liburan kali ini adalah liburan paling romantis, kami menghabiskan hari-hari dengan belanja dan bercumbu tanpa ada penganggu.
” Ini seperti bulan madu kedua kita Dinda “, bisik suamiku mesra.
Ya, ini adalah liburan yang kami nantikan karena kesibukan kerja kami masing-masing. Kami memang tinggal sekamar tetapi kami seperti orang asing saja, Johan suamiku sangat sibuk dengan pekerjaan dan hobby motornya. Sedang aku sendiri, harus pagi-pagi berangkat ke kantor dan sampai rumah pada malam hari.
Kami jarang bercinta, mungkin kami sama-sama kelelahan di tempat kerja. Setelah 2 tahun perkawinan kami, kami belum juga diberi momongan, mungkin Tuhan tau betapa aku masih manja dan kolokan jadi belum pantas menjadi seorang ibu.
Johan, suamiku sangat gaul orangnya, dia punya banyak sekali teman , baik pria maupun wanita. Kami dulu berpacaran hanya 3 bulan saja sebelum memutuskan untuk menikah. Johan sangat mapan, sudah punya rumah sendiri , pekerjaan dengan posisi yang mantap, mobil pribadi juga motor “gedhe” sebagai hobbynya, jadi ketika dia mengajakku menikah, akupun menerimanya.
” GubRaaaaKkkkkk…”, tiba-tiba mobil berhenti.
” Ada apa sayang ?? “, tanyaku pada Joe pangilan akrab suamiku.
” Sebentar aku liat, Dinda tunggu disini,” Joe memeriksa sekeliling dan ternyata mobil kami menabrak seekor kucing hitam. Kulihat suamiku binggung sambil melihat kucing itu.
” Ayolah cepat , kita musti buru-buru sayang… tinggalin aja, cepetlah ” ucapku dari balik jendela.
Mobil kamipun melaju meninggalkan kucing hitam yang masih sekarat dijalanan. Rumahku tertata rapi, seperti biasanya, pembantu kami sangat bisa diandalkan. Pembantuku seorang lelaki separuh baya, dia sudah jadi pembantu suamiku sejak masih bujang.
” Kok pucat , Den ” , sapa Mang Mail pembantu kami.
” Dia nabrak kucing “, jawabku sekenanya.
” Dimana non Fira ?? sudah dikubur ?? ,” suara Mang Mail dengan nada kaget.
Kami meninggalkan Mang Mail yang masih penasaran, masuk kekamar untuk istirahat. Benar-benar sangat menyenangkan liburan kali ini. Suamiku menjadikanku seorang ratu selama 3 hari ini. Aku tersenyum dan tertidur.
***
Tiga hari setelah liburan di Bandung, Joe menelponku sambil setengah berteriak.
” Dinda kita kebobolan, uang kita raib 20 juta… “.
” Apa ??, kenapa bisa begitu ?? pasti itu ulah teman-teman motormu ?? “.
Kamipun mulai urin-uringan. Saling menyalahkan. Suamiku sangat loyal orangnya, salah satu sifat yang tidak kusukai. Dia sering sekali dimanfatkan teman-temannya , baik teman lalaki maupun teman perempuannya yang sedikit gatal. Aku bukannya tidak tau, kalau mereka sering merayu suamiku, meminjam uang kemudian tidak dikembalikan.
Aku sedang duduk di teras sambil membaca novel, ketika aku melihat seekor kucing hitam melitas. Tiba-tiba aku merinding, perasaan di komplek tempat tinggalku jarang ada kucing yang keluyuran.
” Dinda, nanti langsung pulang ya. . . Mang Mail jatuh dari tangga, tadi istrinya telpon, untuk beberapa hari istirahat dirumah, sediakan makan malam buatku,” Suara Joe dengan nada memerintah. Sialan, benar-bener dech Suamiku, Aku kan capai bekerja seharian , masa masih harus ngurus rumah, masak, Huuhhtt nyebelin .
” Harusnya istri Mang Mail kesini doong, ngantiin kerja suaminya, kita bayar mereka mahal…,” Aku benar-benar kesal, seharian ngomel dan ngomel.
Biasanya Joe cuek saja kalau aku ngomel, dia malah memelukku atau mencumbuku, agar aku tidak marah-marah masalah rumah. Tetapi kali ini berbeda, saat aku ngomel dia malah pergi keluar begitu saja, meninggalkanku. Kami sekarang jadi sering uring-uringan ngga jelas.
Sejak Mang Mail sakit, rumah menjadi kotor dan berantakan. Joe mulai sering komplen padaku, karena tidak bisa mengurus rumah. Menyebalkan, memang aku pembantunya.
Sejak liburan di Bandung, hubungan kami menjadi semakin renggang. Joe sering uring-uringan ngga jelas. Aku merasa ada yang tidak beres dengannya, dia juga jarang menyentuhku, sebagai seorang Istri aku merasa suamiku mempunyai selingkuhan.
Aku duduk di sofa, sambil membolak-balik majalah di tanganku. sudah jam 12 malam, suamiku belum juga pulang. Tiba-tiba aku melihat bayangan kucing hitam yang melintas, ahh… hanya ilusiku. Aku kecapaian dan akhirnya tertidur di sofa.
Kulihat Mang Mail, berdiri sambil mengelus seekor kucing hitam.
” Din din din . . . “, aku terbangun dari mimpiku. kulirik jam dinding , ternyata sudah pagi dan suamiku baru kembali entah dari mana perginya. Seperti biasa kamipun kembali bertengkar. Kali ini aku mengalah, aku masih memikirkan mimpiku. Mang Mail dan Kucing Hitam. Setelah mandi dan beres-beres rumah akupun menuju rumah Mang Mail yang tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Kuceritakan mimpiku semalam dan juga beberapa kali aku melihat seekor kucing melintas didepanku, juga keluarga kami yang semakin hari semakin retak.
Mang Mail, bercerita panjang lebar, seharusnya kami membawa mayat kucing yang kami tabrak dan menguburkannya. Ini adalah misteri, Mang Mail memintaku kembali ketempat kami menabrak kucing itu, dan memberikan sedekah ala kadarnya pada penduduk yg tinggal disekitar tempat kami menabrak . Semua denga harapan kesialan-kesialan kami akan hilang.
Aku hanya mengangguk, dari lubuk hatiku , aku tidak mempercayai itu semua, tetapi aku melakukannya juga karena aku sangat putus asa dengan kejadian-kejadian yang kualami setelah tabrak lari seekor kucing hitam.