Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Memaknai 22 Desember Lebih dari Sekedar Hari Ibu

22 Desember 2012   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:13 314 0
Beberapa hari sebelum tanggal 22 Desember dan hingga tanggal itu, berbagai status tentang hari ibu, yang mengucapkan terima kasih kepada ibu berseliweran di media sosial yang saya miliki, entah facebook atau twitter. Sedikit diantaranya mengurai makna lebih dala dengan berkata hari perempuan atau hari pergerakan perempuan. Pun saya yang memasang status yang mengulik sedikit sejarah hari ibu di Indonesia dan memilih menulis "selamat hari perempuan" mengundang beberapa komentar, ada yang setuju dan ada juga yang memberikan jempol. Ini tentu saja bukan yang pertama kali, ketika saya memilih untuk alih-alih berucap hari ibu menjadi hari perempuan. delapan puluh empat tahun yang lalu, tiga puluh organisasi perempuan berkumpul di Jogjakarta dalam Kongres Wanita (Perempuan) Indonesia I. Kongres yang membahas berbagai persoalan perempuan kala itu, kemudian menghasilkan beberapa keputusan (sumber wartafeminis.wordpress.com):

  • mengirimkan mosi kepada pemerintah kolonial untuk menambah sekolah bagi anak perempuan
  • pemerintah wajib memberikan surat keterangan pada waktu nikah (undang-undang perkawinan; dan segeranya diadakan peraturan yang memberikan tunjangan kepada janda dan anak-anak pegawai negeri Indonesia
  • memberikan beasiswa bagi siswa perempuan yang memiliki kemampuan belajar tetapi tidak memiliki biaya pendidikan, lembaga itu disebut stuidie fonds
  • mendirikan suatu lembaga dan mendirikan kursus pemberantasan buta huruf, kursus kesehatan serta mengaktifkan usaha pemberantasan perkawinan anak-anak
  • mendirikan suatu bdan yang menjadi wadah pemufakatan dan musyawarah dari berbagai perkumpulan di Indonesia, yaitu Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI)
  • PPPI bertujuan memberikan informasi dan menjadi mediator berbagai perkumpulan perempuan di dalamnya.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun