Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Pak Jonan...Oh Pak Jonan, Kebijakan yang (Kurang) Bijak

14 Januari 2015   13:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:10 122 0
Tragedi kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata menyisakan luka mendalam tak hanya bagi keluarga korban namun juga seluruh masyarakat Indonesia. Dengan terjadinya tragedi tersebut, terkuak juga betapa carut-marutnya sistem birokrasi dunia penerbangan tanah air. Saya tidak habis pikir ketika mengetahui bahwa rute tersebut telah disetujui oleh pihak otoritas Bandara Changi, Singapura, namun tidak dengan pihak otoritas Bandara Juanda, Surabaya. Suasana pun menjadi semakin konyol sejak Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, membuat keputusan dan pernyataan yang dinilai sebagian publik "kurang bijak".

Pertama, Menhub Jonan resmi memberlakukan tarif batas bawah untuk rute domestik. Kebijakan ini diprediksi akan menghambat laju pertumbuhan penumpang maskapai bertarif rendah atau Low Cost Carrier mengingat besaran tarif batas bawah sebesar 40% menjadikan harga yang ditawarkan maskapai LCC hampir sama dengan maskapai Full Service seperti Garuda Indonesia. Tidak hanya itu, angka pertumbuhan wisawatan yang berkunjung ke Indonesia, baik domestik maupun mancanegara juga akan turut menerima dampak dari kebijakan ini, mengingat sebagaian besar wisatawan domestik maupun mancanegara lebih didominasi oleh mereka yang tidak berkantong tebal bahkan cenderung mereka-mereka yang backpacker. Kebijakan ini juga dinilai inkonsisten dan seperti mengkambinghitamkan tarif murah penerbangan oleh sebagian pengamat, sebab murahnya harga tiket tidak berkorelasi dengan keselamatan. Kedua aspek ini telah diatur dengan standarnya masing-masing. Dengan ditawarkannya tiket murah oleh maskapai LCC bukan berarti aspek keselamatan lantas dilupakan. Menhub Jonan sempat menyatakan bahwa maskapai yang menawarkan harga tiket yang sangat murah terindikasi lalai dalam memperhitungkan aspek keselamatan, namun apabila kita mengacu pada track record AirAsia sejak berdiri hingga sekarang, AirAsia hanya mengalami satu kali insiden yakni pendaratan yang kurang mulus lalu diikuti dengan kecelakaan di Selat Karimata. Prestasi yang diraih oleh AirAsia justru lebih fantastis, yaitu BEST LOW COST AIRLINES oleh SKYTRAX enam kali berturut-turut sejak 2009, berbanding terbalik dengan maskapai berplat merah seperti Garuda Indonesia. Bukan maksud saya disini menjelek-jelekkan, namun Anda bisa melihat sekelumit kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh Garuda Indonesia. Bahkan baru-baru ini pesawat Garuda Indonesia dengan rute Bima-Denpasar gagal lepas landas di Bandara Muhammad Salahuddin, Bima, NTB akibat pecah ban sehingga penumpang dialihkan ke penerbangan lainnya. Lagi-lagi penumpang harus menerima getahnya akibat technical failure Garuda Indonesia.

Kedua, pernyataan yang dilontarkan Menhub Jonan soal harga tiket juga cukup menggeliitik saya. Menhub Jonan membandingkan harga tiket kereta api dengan harga tiket pesawat, mengambil contoh rute KA Jakarta-Surabaya kelas ekonomi berbiaya Rp. 350.000-Rp. 450.000 dengan harga tiket pesawat rute Jakarta-Denpasar. Lalu Menhub Jonan mengatakan hal tersebut tak masuk akal dan pastinya merugikan maskapai tersebut. Bagi saya pernyataan Menhub Jonan sudah memperlihatkan sejauh mana kapabilitas dirinya yang saya nilai jauh dari kata layak. Bagaimana bisa harga tiket dua jenis angkutan diperbandingkan? Dari waktu tempuhnya saja sudah sangat jauh berbeda. Lebih mengherankan lagi, Menhub Jonan adalah lulusan akuntansi dan sempat berkecimpung cukup lama di dunia perbankan yang sudah tentu memahami bagaimana untung dan ruginya berbisnis kok malah melontarkan pernyataan yang seperti itu.

Ketiga, kebijakan yang benar-benar bijak adalah bagaimana seorang Menhub Jonan bertindak tegas terhadap jajarannya. Hal ini masih belum berubah, sama seperti disaat Menhub Jonan masih menjadi Dirut PT. KAI (Persero). Mutasi dan pencopotan jabatan juga cukup diapresiasi oleh berbagai pihak, karena sudah sepantasnya ada yang harus menerima ganjaran sehingga Menhub Jonan tidak perlu lagi mengkambinghitamkan apapun demi menyelamatkan muka pemerintah, khusunya Kementerian Perhubungan. Cobalah untuk lebih sering menyidak dan meninjau bawahan Anda agar mereka semakin bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya. Beri mereka bonus atau kenaikan jabatan apabila mereka berprestasi dan lakukanlah apa yang sudah sepatutnya Anda lakukan apabila mereka melakukan kesalahan.

Transportasi publik kian hari kian mendapat tempat dihati publik. Semakin hari perbaikan pelayanan trasnportasi publik juga semakin ditingkatkan, hanya saja jangan mematok harga yang selangit. Tarif batas bawah harga tiket penerbangan sudah naik, tiket KA juga sudah naik. Lantas transportasi apa yang dapat memanjakan publik?  Coba Pak Menhub Jonan sering-sering melakukan perjalanan dari Medan. Jauhnya jarak antara kota dengan bandara, harga tiket kereta bandara yang sebentar lagi juga akan naik, Airport Tax Bandara Kualanamu yang sudah sangat  mahal yakni Rp.75.000 untuk domestik, semuanya itu sudah teramat sangat memberatkan masyarakat sebagai pengguna. Masyarakat tidak semuanya berkantong tebal. Murah, aman dan nyaman adalah impian dari semua orang.

Akhir kata, lebih bijaklah dalam mengambil keputusan. Anda akan "besar" jika berada di tengah masyarakat "kecil".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun