Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada dinamika kurikulum dalam dunia pendidikan yang terus berjalan dan selalu adaftif. Namun jika dilihat dari sisi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini kurang mampu dalam menumbuhkan moral dan karakter yang baik. Karakter dan moral seperti sikap jujur, kebenaran, tolong-menolong, toleransi dan bersikap adil sudah mulai luntur oleh permusuhan, penindasan, mengambil yang bukan haknya, saling menjatuhkan, dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Hilangnya karakter tersebut seakan-akan bersamaan dengan munculnya globalisasi, hal ini merupakan sebuah ancaman serius sehingga memerlukan perhatian dari berbagai pihak.
Krisis moral menjadi salah satu masalah yang memprihatinkan ditengah dinamika dunia pendidikan Indonesia. Krisis yang terjadi merupakan tantangan secara nyata dan sangat mengkhawatirkan. Tantangan ini dapat dilihat dari berbagai kejadian seperti bullying, tawuran antar pelajar, tidak memiliki sopan santun, kurangnya empati antar siswa, dan pelanggaran etika lainnya yang tidak hanya melibatkan peserta didik saja akan tetapi pendidik juga ikut terlibat. Tantangan-tangan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu sistem pendidikan.
Pendidikan merupakan langkah yang terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran yang dimana peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya baik dalam kecerdasaran, keagamaan, kepribadian serta keterampilan yang berguna untuk masyarakat. Dalam hal ini, Kurikulum Merdeka hadir dan diperkenalkan oleh pemerintah dengan tujuan lebih menekankan pada kemandirian peserta didik, pembelajaran yang fleksibel dan pendidikan yang berbasis karakter.
Kurikulum merdeka memiliki elemen penting yang dijadikan sebagai ladasan dalam membangun moral dan karakter peserta didik, elemen tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila. Elemen ini berisikan nilai-nilai seperti keimanan, berakhlak mulia, gotong royong, kemandirian, bernalar kritis dan juga kreatif. Kurikulum merdeka memposisikan peserta didik sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran dengan memberikan keleluasaan dalam memilih cara belajar yang menurut mereka sesuai dengan minat, kebutuhan dan potensi mereka sendiri. Dalam hal ini, Profil Pelajar Pancasila memiliki peran sebagai landasan karakter yang diharapkan dapat tercermin dalam setiap diri peserta didik.
Setiap bagian dari Profil Pelajar Pancasila berkontribusi dalam membentuk moral dan karakter peserta didik. Salah satunya yaitu Keimanan yang menekankan nilai spiritual pada peserta didik yang dimana mereka dapat memahami nilai keimanan, ketaqwaan dan etika berperilaku serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya yaitu Mandiri yang dimana dapat melatih peserta didik untuk tidak bergantung kepada orang lain, karakter yang dibentuk berupa tanggung, bertanggung jawab dan juga disiplin. Terakhir yaitu Gotong Royong yang merupakan nilai luhur dalam budaya Indonesia yang mengajarkan pentingnya kebersamaan dan kerjasama, dalam hal ini terbentuk karakter yang peka dan peduli akan sekitarnya. Nilai gotong royong sendiri akan medorong peserta didik untuk memiliki sikap empati, rasa solidaritas yang tinggi dan saling bekerjasama. Tiga dari enam bagian dari Profil Pelajar Pancasila ini memiliki tujuan untuk membentuk generasi yang tidak hanya pandai secara akademis akan tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan karakter yang kuat.
Pentingnya menangani tantangan krisis moral ini tidak hanya berdampak pada dunia pendidikan saja, akan tetapi juga kehidupan masyarakat dan bangsa. Tanpa adanya fondasi moral dan karakter yang kuat, tentunya akan mengalami kesulitan dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan akan tetapij juga bertanggung jawab, bijaksana dan memberi kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.