Rasanya saya tidak pernah merasakan perpisahan yang benar-benar mengharukan seperti itu. Saya sebagai orang tua yang m,endengar cita-cita anak saya yang dia bacakan (dengan bantuan guru) dan didengarkan oleh orant tua dan teman lain, mengingatkan saya bahwa cita-cita adalah keinginan mereka, bukan keinginan orang tua. Sebuah hal yang tentu saja baru saya dengar di Jepang ini. Kalau di Indonesia paling anak bilang bercita-cita sebatas kalau di tanya tapi tidak pernah di utarakan di depan kelas dan diungkapkan di hadapan orang tua dan teman-temannya. Tidak ada yang mentertawakan cita-cita yang disebutkan meski hanya cita-cita pingin jadi pembangun gedung.
Perpisahan itu pun tidak memakan baiay..seperti halnya perpisahan yang diselenggarakan sekolah di Indonesia yang membutuhkan uang banyak untuk menyewa tempat, karena sekolah di jepang selalu ada hall yang dibangun untuk acara atau event besar yang diselenggarakan. Dan sekolah pun tidak menyediakan makan siang atau snack buat semua orang cukup makan siang yang dibeli sendiri2 oleh orang tua tapi dikoordinir oleh satu orang agar menunya sama. Sehingga rasanya tidak memerlukan biaya banyak. Mungkin yang mahal adalah buku tahunnanya saja tapi itupun kalau tidak membeli tidak apa-apa juga. Sehingga tidak ada pemaksaan oleh sekolah untuk membayar sesuatu yang tidak ingin di bayar oleh orang tua. Kesan yang saya rasakan megah, hikamat tapi murah.