Saat kita lewati lereng ini, genggaman tangan semakin erat
Udara sejuk menusuk hidung seakan memberi aroma kasih
Dingin  menusuk tulang  yang berbalut kulit tipis
Membawa kita pada dunia fatomorgana
Tanganmu mulai mengeriput karena dingin
Mencoba memberi hangat lewat genggaman yang erat
Duhai kasih ingatkah kau
Saat meng habiskan waktu bersama
Melewati lereng lereng di gunung Dempo ini
Ingatkah  saat ku genggam erat tanganmu menyelusuri jalan setapak
Sama sama letih dan lelah
Namun bersamamu hilang segala rasa
Yang ku tahu tapak lereng ini menabur cinta
Cinta yang tak  tersampaikan karena meragu
Cinta terbawa hingga dinginnya pagi
Cinta terhembuskan bersama nafas walau tak berucap
Daun daun bergoyang seakan ikuti irama detak nadi
Ketika tatapan mata beradu pandangan
Indah matamu semakin membuatku terbuai ingin memiliki
Hidung yang bangir membuat aku ingin memainkan dengan kemanjaanmu
Bibirmu membuatku ingin melumatnya didinginnya lereng Dempo
Tubuhku dan tubuhmu saling berdekatan, harum tubuhmu membangkitkan gairah jiwa
Maaf sayang adai saja bibir yang kelu ini bisa berkata mungkin kau jadi milikku
Namun nyali ku hilang karena keindahan dirimu
karena ku tahu aku bukan pilihanmu
Kau harus tahu setiap jengkal tapak kita torehkan di lereng ini
Seperti itupulah cintaku dan mebiarkan terpatri di hati ini
Duhai lereng kesunyian
Katakan padanya bila cintaku ada disini
Oh angin yang berhembus meniup rambutnya
Bisikan padanya betapa aku ingin memiliki
Lereng lereng Dempo ini
saksi bisu cintaku padamu
Kini ku kembali berdiri di lereng ini
Menatap fatomorgana di seberang sana
Karena kau tak pernah termiliki…