Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

“Menggarami Burung Terbang”

4 Februari 2010   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 91 0
[drom.mobi] Tidur, Cintaku, tidurlah tenang. Ingin kubisikkan ke mimpimu kisah dari seserpih waktu, tentang sebuah dusun yang dijiwai puisi sesuntuk hari. Bayangkan dirimu berbaring telentang di tanah lapang, di atas rerumputan, tengadah ke bintang-bintang. Pandangilah seksama serakan merjan nun jauh di angkasa kelam, tatap dan jangan dulu mengerjap, biarkan serbuk cahayanya mengendap di genangan malam, mengendap ke matamu yang menyimpan kilau danau berpalung dalam, lalu katupkan pelupukmu perlahan. Biarkan bencah-bencah cahaya itu menyelindap bagai kenangan, meresap ke serat-serat sanubari dan bemerkahan sebagai kelopak-kelopak mimpi. Suatu waktu nanti, ketika aku dan kau sudah tak ada lagi, kisah yang kusampaikan padamu ini akan tinggal abadi. Gemanya akan terus ditimang angkasa yang tenang, lalu kata demi kata akan turun dengan setiap pundi embun, disaring halimun, diresapkan ke daun-daun, dan terajut pada setiap helai lumut. Dan manakala kisaran sang waktu sampai di satu noktah, di mana bertemu awal dan akhir langkah, kisah ini akan bersemi kembali, kelak ditemu anak-cucu dalam bentuknya yang baru. Dan akan selalu begitu, Cintaku. Selalu. Reviews : Menggarami Burung Terbang (Seasoning the Flying Bird): “Novel ini menggambarkan siklus hidup orang Jawa,mulai dari kelahiran sampai kematian serta ritus yang dilewati.Gambaran siklus tersebut kemudian dirangkai sedemikian rupa dengan unsur-unsur dalam budaya Jawa. Selain itu juga diungkapkan kosmologi jawa dengan menempatkan situasi politik sebelum dan sesudah tahun 1966 sebagai unsur kekinian latar cerita. …Yang juga menarik dari novel ini adalah alur cerita yang dibuat berputar. Tokoh-tokoh cerita acapkali muncul tak terduga dan penuh kejutan.”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun