Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Jadikan Anak Juara di Hati Orang Tua

27 Januari 2014   21:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 394 0
Jadi juara di sejuta lomba tak akan ada artinya bila anak tak menjadi juara di hati orang tua. Mari jadikan anak juara di hati kita Salam Bahagia Ayah Ibu dimanapun berada, Saya belajar banyak dari putri saya, Damai (8 tahun), untuk menjadi seorang ayah, dan masih terus belajar darinya. Saya belajar menerima dia apa adanya. Saya belajar mengapresiasi keistimewaannya sekaligus menerima kelemahannya. Memang tidak mudah, tapi ketekunan akan selalu berbuah manis. Kegembiraan saya hari ini lahir setiap kali menerima email yang memberitahukan Damai mempublikasikan tulisan baru di blog personalnya, AyundaDamai.com. Setiap kali anak menunjukkan ketekunan, setiap kali pula menjadi anak juara di hati saya. Belajar dari pengalaman sendiri, belajar dari pengalaman orang tua yang lain, meneguhkan keyakinan saya bahwa setiap anak itu istimewa. Hanya saja keistimewaan anak itu bukanlah sesuatu yang bisa langsung dilihat. Keistimewaan tersebut bersifat potensi. Kepekaan orang tua menjadi kunci untuk menemukan keistimewaan anak. Bila sudah menemukan keistimewaan anak, proses pengembangan anak akan menjadi proses yang menakjubkan. Bila belum menemukan keistimewaan anak, itu berarti orang tua masih perlu mengasah kepekaan. Sayangnya, praktek kehidupan sehari-hari seringkali justru menumpulkan kepekaan kita sebagai orang tua. Kecenderungan kursus yang berorientasi pada hasil secepatnya yang menghalalkan jalan pintas. Berbagai lomba yang membuat anak berkompetisi pada standar yang sama. Sekolah kita yang cenderung menyeragamkan anak-anak, apapun keistimewaan anak. Kecenderungan yang menumpulkan kepekaan kita, yang pada akhirnya kita berlaku sebagai juragan yang menagih setoran pada anak. Setoran nilai bagus, setoran jadi anak juara & dapat piala, setoran untuk lulus dan banyak setoran lainnya. Padahal ketika anak masih dalam kandungan ibunya, kita bisa bahagia ketika merasakan tendangannya. Kita bisa bahagia ketika pertama kali anak menangis. Kita bisa bahagia ketika anak pertama kali anak mengucapkan "Ayah" dan "Ibu". Kita bisa memuji ketika anak menghabiskan makanan. Kita bisa memuji ketika anak bisa mengayunkan langkah. Kita bisa memuji ketika anak bisa merangkai kata. Ketika anak masih kecil, bahagia itu bersahaja tapi begitu terasa. Ketika anak masih kecil, pujian menjadi mudah diucapkan tapi tetap bermakna. Begitulah, anak juara di hati orang tua.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun