Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Belajar dari Lebaran: 5 Langkah Perubahan Positif

3 September 2011   06:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:16 135 0
Berpuasa adalah perjuangan yang menemukan puncaknya pada lebaran. Apa 5 langkah positif agar perjuangan itu menjadi perubahan positif sampai tahun depan?   Berpuasa adalah menahan diri, bukan saja dari makan dan minum. Menahan diri juga dari semua hawa nafsu kita. Apa itu tepatnya? Dalam kehidupan sehari-hari kita terbiasa mengikuti kebiasaan. Kebiasaan berperilaku, kebiasaan bersikap dan kebiasaan berpikir. Kita cenderung mencari jalan mudah, bahwa bila seseorang pernah terlihat malas maka kita mencapnya sebagai pemalas. Kita pun memperlakukan orang tersebut sebagai pemalas. Berpuasa menuntut kita untuk menunda prasangka-prasangka kita. Menunda kebiasaan berpikir kita. Menunda dugaan-dugaan kita. Bukan saja pada orang lain tapi juga pada diri sendiri. Berpuasa menjadi sebuah proses transformasi raksasa. Kita menunda dan refleksikan kembali semua kebiasaan kita. Apa dampak dari prasangka kita pada diri dan orang lain? Orang bertindak berdasarkan prasangka dirinya dan orang lain. Kalau anak diperlakukan sebagai anak nakal, maka perlahan-lahan anak tersebut akan menyesuaikan diri dengan prasangka itu. Begitu pula, bila kita berprasangka diri kita itu sebagai orang yang gagal, maka kita akan menyesuaikan dengan prasangka itu. Kita jadi kurang berusaha. Kita jadi kurang kreatif mencari cara. Kita kurang tahan berjuang melampui tantangan. Terciptalah kegagalan untuk kita. Berpuasa memberi pelajaran untuk menahan prasangka dan merefleksikannya kembali. Puncaknya trasnformasi pada saat lebaran, kita menjadi fitrah kembali, menjadi putih, seolah-olah terlahir kembali. Bersih dari prasangka. Memaafkan kesalahan orang lain. Kita menjadi putih, seputih orang lain juga. Kita mulai perjalanan baru. Sebagaimana anak kecil yang polos, penuh semangat, dan antusias terhadap kejadian kehidupan. Anak kecil yang memandang takjub dunia. Anak kecil yang berani bertindak tanpa takut salah. Tetapi puncak transformasi pada saat lebaran tidak mesti membawa perubahan positif dalam kehidupan kita sampai setahun ke depan. Selesai lebaran ada banyak godaan dan distorsi yang membuat langkah kita menjadi mundur kembali. Bagaimana agar puncak transformasi pada saat lebaran ini bisa menciptakan perubahan positif pada diri, organisasi dan bangsa ini? Setidaknya ada 5 langkah yang bisa dilakukan 1. Definition : Kita definisikan sasaran perubahan positif yang akan kita capai baik sebagai pribadi, organisasi maupun bangsa. Godaan pertama datang ketika kita lebih memberi perhatian pada kekhawatiran dari pada harapan kita. Semisal, sasaran: kita tidak akan malas lagi. Perubahan positif dimulai dengan penetapan sasaran yang bersifat afirmatif, menguatkan diri dan orang lain. Belajarlah dari bapak bangsa, ditengah kekurangan jaman kemerdekaan, menetapkan sasaran afirmatif bagi bangsa ini. Bukannya memerangi kemiskinan, tapi memajukan kesejahteraan umum. Bukan memberantas kebodohan, tapi mencerdaskan kehidupan bangsa. Sasaran pertama fokus pada kekhawatiran, sasaran kedua fokus pada harapan di masa depan. Apa sasaran afirmatif yang ingin anda capai? Apa sasaran afirmatif yang akan dicapai organisasi anda? Apa sasaran afirmatif yang akan dicapai bangsa ini? 2. Discovery. Kita temukan sumber daya, aset, kekuatan dan kebaikan yang menghidupkan sasaran afirmatif. Godaan kedua datang ketika kita lebih memberi perhatian pada kekurangan, keterbatasan, dan kegagalan kita. Kita akhirnya tidak cukup punya energi untuk melompat meraih sasaran afirmatif kita. Perubahan positif butuh energi positif. Energi positif ini berasal dari emosi dan pengalaman positif kita. Bukan sembarang kejadian, tapi kejadian yang sungguh-sungguh terjadi dan bermakna bagi kita. Bukan sembarang emosi, tapi emosi yang pernah kita rasakan dan begitu membekas. Semakin banyak kita menemukan pengalaman dan emosi positif maka semakin besar energi untuk melakukan perubahan positif. Apa kejadian yang anda syukuri dalam setahun ini? Apa keberhasilan yang membuat anda dan orang lain menjadi bangga? Apa kekuatan dan hasil pembelajaran yang anda dapatkan yang mendukung tercapainya sasaran afirmatif? 3. Dream. Kita ciptakan impian tentang masa depan yang kita idamkan, masa depan yang baik untuk kita maupun orang lain. Godaan ketiga datang ketika kita bermimpi pun sudah setengah hati. Semisal, yang penting gak dipecat, yang penting gak miskin, pokoknya bisa bertahan hidup. Kalau bermimpi saja sudah setengah hati, lalu bagaimana kehidupan kita?

Tanpa bunga mimpi tak ada buah kehidupan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun