Bagaimana dengan bentuk pembelajaran daring yang simsalabim ini?
Tentunya kendala yang dihadapi sangat banyak mengingat ini adalah kegiatan mendadak yang tidak direncanakan dalam kurikulum. Beberapa guru, yang melek teknologi tentu saja cepat memikirkan bagaimana melaksanakan pembelajaran daring yang efektif, dimana siswa tetap dapat melaksanakan pembelajaran mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik sekaligus di rumah. Karena tugas yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam menyampaikan dan mengembangkan ketiga ranah tersebut terbatas maka Orang tua sangat berperan sebagai Guru kedua di rumah. (Jika Guru bisa jadi orangtua disekolah, maka Orang tua adalah guru kedua di Rumah... gitu kan harusnya)
Banyak orang tua yang mengeluh tugas anak-anaknya banyak. NO OFFENSE yah,,, hal ini wajar mengingat tidak semua orang tua memahami peran seorang guru. apalagi jika kurang kesadaran tentang tanggung jawab dan beban seorang guru ketika mendidik, beberapa orang tua bahkan mengaggap sekolah sebagai tempat penitipan dimana mereka "pasrah bongkokan" tak mau tahu pokoknya gurulah yang bertugas mencerdaskan anak. Padahal hakikatnya guru adalah jembatan ilmu, namun madrasah utama tetaplah ada di rumah. dengan orang tua masing-masing. Alhamdulillah tak semua wali murid seperti itu, ada pula wali murid/orang tua yang mendukung dan memaklumi jika memang tugasnya banyak, bukan karena gurunya kemaruk, tapi semata-mata sebagai kegiatan agar anak tetap sibuk dirumah saat wabah.
Dari segi siswa, tentunya mereka akan keberatan jika diberi tugas yang banyak. Wajar, apalagi jika anak usia SD. Mereka masih suka bermain dengan temannya. Maka guru harus pintar memilih tugas agar siswa tidak jenuh. Tugas tidak hanya tentang mengerjakan soal saja, karena ranah afektif, psikomotorik juga perlu dikembangkan apalagi dalam lingkup lingkungan rumah hal ini jarang dieksplor ketika pembelajaran biasa. ( saya memberi tugas ringan seperti membantu ibu memasak, atau senam pagi dan membuat prakarya). Wajar mereka mengeluh, percayalah jika dengar kata belajar 95% anak tidak suka. maka guru memang harus bervariatif memberi penugasan.
Dari sisi guru, daring tentunya mudah bagi yang muda dan melek IT, bagaimana dengan guru yang sepuh? bagaimana dengan guru yang dipelosok yang sulit sinyal? Karena daring ini adalah daring simsalabim maka segalanya pun harus simsalabim. tolong mengerti juga bahwa guru tak mungkin sempurna dalam mengajar secara daring, guru-guru masih prematur dalam hal ini. Saya yakin setiap guru mengusahakan yang terbaik sebisa mungkin agar materi tetap tersampaikan walau tidak maksimal seperti jika mengajar di dalam kelas. Entah itu tugas melalui aplikasi MO365, Google Form, Edmodo, Quizzis, via wa, youtube. Guru dan satuan pendidikan pasti punya target untuk pembelajaran dalam kelas. Guru juga memiliki harapan anak-anak tetap belajar sesuai jadwal dengan lebih fleksibel namun tetap terarah.
Keterbatasan gawai dan komputer jinjing tentunya juga salah satu benturan pada belajar sistem daring ini, belum lagi kuota data yang tidak setiap anak memiliki akses tanpa batas. Tak apa-apa, ini diluar perkiraan, diluar keadaan, kondisi yang tak bisa dipaksakan. kembali pada orang tua dalam mengusahakan namun juga tak bisa dipaksakan karena keadaan ekonomi setiap orang berbeda.