Dari foto-foto terlihat hangatnya reuni tersebut, canda tawa sepertinya menjadi inti dari pelaksanaan reuni.
"Ga seru kalau reuni ga ada karaokenya", itu kata salah seorang teman dalam usulannya menjelang reuni.
Ada karaoke, beragam permainan (game) untuk keluarga, makan-makan dan foto bersama, sepertinya sudah menjadi satu paket pelaksanaan acara reuni. Di salah satu acara reuni saya perhatikan ada juga acara memberikan tanda asih pada guru-guru yang dulu pernah berkontribusi dalam proses belajar mengajar. Asyik kan.
Habis reuni, agenda selanjutnya, biasanya adalah merencanakan kapan akan diadakan reuni selanjutnya, tentukan waktu dan siapa yang bertugas mendapat giliran mengkoordinirnya. Kadang-kadang, arisan dibentuk pula sebagai salah satu pelengkap hasil dari reuni tersebut.
Saya termasuk yang menyesal tidak dapat datang ke acara reuni yang sebetulnya sangat ingin saya hadiri. Saya juga termasuk yang mendambakan bahwa acara reuni akan berbuah lebih manis lagi. Yang saya maksudkan dengan berbuah lebih manis lagi disini adalah apa setelah reuni, what nextnya.
Reuni, menurut saya, Â perlu diberi nuansa yang menggabungkan antara aktivitas masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Aktivitas masa lalu, bisa dengan mengingat kenang-kenangan yang lucu, yang manis, yang terjadi pada masa lalu, baik itu pada saat sekolah maupun pada saat kuliah dulu. Mungkin yang perlu dikenang adalah kenang2an yang baik saja, yang tidak baik cukup dikubur dalam-dalam, dan ini yang biasanya muncul dalam acara reuni, cerita-cerita nostalgia masa lalu.
Mengenai pengertian aktivitas masa sekarang, itulah pelaksanaan reuni, pertemuan kangen-kangenan, yang merupakan sarana penghubung masa lalu dan masa depan.
Sementara pengertian aktivitas masa depan, reuni perlu dipadukan antara unsur nostalgia (yang merupakan bagian dari unsur sosial) dan unsur ekonomi. Unsur ekonomi?
Ya, unsur ekonomi. Berandai-andai kalau setiap reuni yang diadakan oleh alumnus setiap sekolah, sekolah mana saja, setelah belasan tahun tidak bertemu, setelah puluhan tahun tidak ketemu, tentu ada potensi-potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan dari alumni-alumni berdasarkan kapasitasnya. Kalau potensi-potensi ekonomi itu dikoordinir dengan baik dan rapi antara unsur sosial tersebut dengan ekonomi, bisa mewujud kepada penguatan kondisi ekonomi lembaganya (institusi) dan faktor manusia di dalamnya.
Jika luaran (output) dari reuni selain menjadwalkan kapan reuni berikutnya bisa ditambah dengan database ekonomi (bukan hanya database yang berisi: nama, alamat, no telepon, email dan alamat kantor), yaitu berupa kegiatan ekonomi yang sedang digeluti sekarang ini seperti misalnya pekerjaan/bidang usaha/modal yg siap digulirkan, dll. Data base ekonomi ini nantinya dapat digunakan untuk mempertemukan bidang/jenis kegiatan ekonomi/usaha diantara sesama alumni ataupun dengan jaringan yang dimiliki oleh alumni tersebut. Tentu idealnya, perlu ditunjuk seseorang untuk menjadi koordinator dari kegiatan ekonomi tersebut. Untuk mempercepat terjadinya proses interaksi didalamnya.
Contoh (kecil) dalam praktiknya:
1.     Alumnus A mempunyai kegiatan usaha percetakan, alumnus B sedang membutuhkan rekanan untuk mencetak brosur perusahaan dimana tempatnya bekerja, dari database ekonomi yang dimiliki kedua alumni tersebut, akhirnya mereka dapat bertemu dan melanjutkannya kedalam bentuk usaha dimana sebelumnya mereka tidak saling mengetahui.
2.     Alumnus C sedang mencari barang-barang untuk cinderamata pernikahan adiknya, alumnus D mempunyai usaha menyediakan cinderamata pernikahan, mereka mengetahui hal ini dari database ekonomi yang mereka miliki. Selanjutnya bisa terjadi transaksi bisnis diantara mereka.
3.     Dan lain sebagainya.
Tentu semua contoh kecil seperti disebutkan di atas dapat terjadi jika harga dan prosedur sesuai dengan yang diinginkan para pihak. Hanya saja, keuntungan dari sistem ini adalah bahwa mereka telah saling mengenal sebelumnya, artinya  mereka sudah memiliki sedikitnya apa yang dinamakan faktor 'trust' - kepercayaan diantara mereka, akibat dari interaksinya di masa lalu. Keuntungan lainnya adalah dengan latar belakang sama, mereka lebih mudah dalam melakukan komunikasi dan pembentukan jejaring (networking) di masa mendatang.
Dari sedikit contoh di atas, bisa dibayangkan jika semua reuni-reuni yang dilakukan selalu diikuti dengan penguatan potensi ekonomi yang dimiliki para pesertanya, berapa besar potensi peningkatan ekonomi dapat diupayakan.
Kalau reuni tidak diberikan sentuhan luaran seperti yang saya disebutkan di atas, reuni akan hanya menjadi sarana untuk mengingat masa lalu semata, seperti melihat kaca spion, melihat ke arah belakang, terjebak dalam kenangan masa lalu. Hal ini tidak salah, tetapi kalau bisa mengarah ke arah yang lebih baik dengan cepat, mengapa tidak kita upayakan?
Salam hangat Kompasiana
Albury, 25 Desember 2010