Karena dengan melalui pernikahanlah, hubungan intim antara laki-laki dan perempuan akan sah secara agama. Melalui cara itu jugalah supaya tidak tergolong sebagai orang yang melanggar hukum, entah hukum agama maupun hukum negara. Begitulah kiranya teorinya, yeaa.
Makanya, untuk menghindari perbuatan hubungan intim yang amoral atau biasa dikenal dengan istilah sex bebas, maka jalan salah satunya yang bisa ditempuh yakni dengan menikah. Mengapa, tentu orang yang sudah menikah, maka persexsesannya pun akan bebas dan juga sah secara agama. Mau sex kapan dan dimana saja itu sih terserah. Kan mereka sudah jadi pasangan suami istri, no problem kan.
Ketika berbicara mengenai persexsesan, bisa saja menjadi sesuatu yang sensitif, apalagi kita tinggal di negara yang multi-kultural ini. Melontarkan kata sex, tidak menutup kemungkinan akan mendapat hujatan sebagai orang yang kurang moralitas, dimana terjadi perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai agama. Mungkin itulah mengapa praktik sex bebas sangat dilarang di Indonesia.
Nah, jika kita bercermin di negara-negara bagian barat, mungkin saja persoalan sex bebas tidaklah terlalu menjadi soal yang harus dihujat habis-habisan. Yah, sex bebas kan, ya bebas. Ketika kedua pasangan populasi sama-sama mau, mengapa tidak, itulah hak mereka sebagai manusia, mengapa sampai malah menyudutkannya. Mereka yang mau kok dan mereka juga yang enak. Maka, tentu mereka juga yang mendapatkan segala konsekuensinya.
Ohh iya, di negara kita beda lagi, justru sex bebas tidaklah bebas. Sex bebas di Indonesia masuk kategori perbuatan yang dilarang agama dan negara, sehingga sex bebas menjadi perbuatan yang tidak bebas. Jadi, arti dari sex bebas berbeda dengan praktiknya menjadi tidak bebas, alurnya dari sex bebas tetapi tidak bebas, coba dipikirkan deh. Nah, kalau dipikir-pikir justru semestinya memakai sex tidak bebas, bukan sex bebas. Tapi, entahlah, silahkan dilanjutkan.
Bukannya saya setuju jika praktik sex bebas dibiarkan terjadi begitu saja di Indonesia, tanpa ada batasan moral di dalamnya. Tetapi, yang menjadi persoalan dan sangat disayangkan, jika ada pelaku sex bebas justru dipojokan dan mendapatkan diskriminasi dalam menggapai hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Karena itu jelas tidak demokratis lagi kan. Â
Makanya, jika ingin sex tanpa dilarang oleh siapa pun, maka menikah akan menjadi jurus ampuhnya. Saya pribadi tidak heran jika banyak orang yang pengen cepat-cepat nikah dengan tujuan agar dapat segera melakukan sex secara sah. Ya, memang sih harusnya seperti itu, kalun ingin sexmu tidak dilarang oleh agama.
Alhasil, pernikahan pun bukan lagi hal sulit yang dilakukan. Selama kedua belah pihak sama-sama mau, maka pernikahan pun akan mudah terjadi. Dan melalui momen itulah, maka sex juga pun akan mudah dilakukan.
Ohh iya, saya sering mendengar lontaran ucapan bahwa dengan menikah, maka akan menikmati surga dunia. Kebayang saat setelah menikah, tentu malam pertama akan menjadi dambaan oleh setiap orang yang sudah menikah agar dapat melakukan sex semaunya. Â
Emmm, ya gampang saja sih, jika memang tujuan menikah hanya untuk sex doang. Tetapi, sebenarnya bukan itu saja, ada hal lain yang perlu juga diperhatikan. Misalnya, apa yang harus dikerjakan setelah menikah?, bagaimana membangun rumah tangga agar dapat tetap kokoh meskipun pertengkaran dan ketidaksepahaman terjadi antara kedua belah pihak?. Dan terpenting bagaimana saling menerima kekurangan?.
Selain itu, orang yang sudah menikah akan dituntut untuk dapat menjadi orang dewasa dan mandiri. Berani bertanggungjawab dan menghadapi segala resiko yang mungkin terjadi, semestinya itu sudah siap sebelum menikah. Bukan hanya sex doang yang dilakukan setelah menikah, kan bukan itu saja.
Jadi, kalau tujuan menikah hanya untuk sex doang, lebih baik berpikirlah dahulu. Poin sebenarnya adalah bagaimana bertanggungjawab terhadap pasangan, bukan yang ditahu hanya melakukan sex tetapi lupa dengan kewajiban lain seperti memberikan penghidupan dan lainnya.
Kenapa hal ini penting, mengingat jangan sampai terjadi ketidakcocokan yang dapat berujung perceraian. Karena tidak mampu menerima kekurangan satu sama lain, maka terjadi pernikahan yang kandas. Kan repot lagi. Â
Parahnya, jika sang istri sudah tidak perawan lagi tanpa diketahui sebelumnya. Beruntung sih kalau sang suami mampu menerimanya, akan tetapi jika tidak dan timbul rasa kecewa, maka perceraian pun bisa saja terjadi.
Oleh karena itu, bukan hanya sex doang yang dilakukan ketika menikah. Tetapi bagaimana mempertahankan rumah tangga agar tetap bisa berdiri kokoh, walaupun ada masa lalu pahit yang terjadi sebelumnya. Mestinya masa lalu biarlah masa lalu, dan masa depan adalah tujuan yang sebenarnya. Kalau begitu, kan mudah.