Malam demi malam larut dan terhenyak
Dalam kenangan yang tak terelakan
Rindu malang melintang tak tentu arah
Timbul tenggelam dalam sunyi
Bagai harus melawan ombak deras
Kukira mencintai itu hal biasa
Namun kini ia menghempasku
Hanyut di lautan waktu
Tinggal buih dan suara debur
Getir demi getir kucercap
Seratus Sembilan puluh lima hari
Sedikit untuk menghapus berbulan-bulan
Kita bersama dalam suka duka
Dalam luka dan saling mengobati
Kau bilang kita akan membahas semua
Sesaat sebelum lelap tertidur
Supaya esok kita saling tersenyum lagi
Kata ini dan kata lain dari bibirmu terngiang
Bagai puisi dari diriku sendiri
Pernah kujelaskan padamu tentang cinta
Namun kita tidak saling paham
Lalu kuletakkan jemariku di bibirmu
Agar kita saling terdiam dan mendengarkan
Hujan di teras yang pernah menahanku pulang
Dalam kesepian, ketulusanlah suara itu
Tempat jejak kaki menuju dirimu
Ribuan kali aku mengucap selamat tinggal
Jutaan kali mesti kembali pada kekasih
Dirinya tak ada di tempat lain
Aku melihatmu meski dalam gelap
Dalam pekat rindu sendiri
Lewat pelukan kata dan doa ini
Semoga Tuhan senantiasa menjagamu
Tegal, 14 Oktober 2013