9 September 2011 02:47Diperbarui: 26 Juni 2015 02:072292
Kejadian 1 : Kelenteng Sam Poo Kong. Senja menjelang…Tertera di loket depan : “karcis masuk : dewasa = Rp 3.000”“Mas, sekarang masuk bayar ya? dulu gratis loh..” pertanyaan gak penting, terdorong oleh jiwa pelit“Ehm, iya mbak, udah lama kok, mbaknya aja gak pernah ke sini…” kata penjaga loket sok akrabSaya membeli 7 tiket, sesuai dengan hitungan dewasa di rombongan kami. 7 tiket kali 3 ribu sama dengan 21 ribu. 21 ribu ya, mohon diingat. Ternyata perombakan terdapat di sana sini, kelenteng ini terlihat lebih cantik. Dari pintu yang ada loketnya, terdapat 2 pintu masuk: 1 pintu gerbang terbuka bebas, 1 lagi pintu lebih kecil dijaga petugas tiket. Keduanya dibatasi oleh parit kecil dengan air mancur. Berdasar pengalaman sebelumnya, kami masuk ke pintu gerbang yang besar. Acara berlanjut dengan foto-foto di pelataran kelenteng, di bawah patung Cheng Ho, tapi sama sekali tidak bisa masuk ke dalam kelenteng, terhalang oleh parit kecil itu. Puas bernarsis ria, kami memutuskan untuk pulang. Di pintu keluar, saya curiga, tiket masuk sama sekali tidak diperiksa bahkan disobek. Usut punya usut, ternyata tiket lebih dikhususkan untuk pintu yang lebih kecil, dimana pengunjung dapat melakukan ritual sembahyang, masuk ke kelenteng, minta diramal dan sebagainya. “Mas, saya kan gak masuk ke kelenteng, jadi gak perlu beli tiket donk, nih…tiketnya saya balikin, tuker sama uang saya..” kata saya ketus.“Wah, gak bisa mbak…tiket yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan” balasnya tak kalah judes.“Gak ada tulisannya tuh, udah deh…balikin aja, saya gak ngapa-ngapain juga di dalem, udah sore nih…” kata saya sambil mengasah golok di tempat (gak ding!)
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.