Matahari tajam menusuk dada,
Keringat menetes tanpa jeda,
Membawa dahaga dan rasa lelah.
Perut keroncongan, suara menggema,
Di jalan lengang, kedai terlihat di sana,
Nasi Padang, oh, terasa menggoda,
Teringat gurih dan hangatnya bumbu raga.
Sambal merah menanti, pedas menggoda,
Ayam goreng tersaji, renyah dan gagah,
Dibalur rempah dari ladang dan desa,
Menari di lidah, sepenuh sukma.
Sebutir nasi pun kunyah perlahan,
Aromanya meluap, menawan selera,
Dari daun pisang beraroma harum,
Menghidupkan indra di bawah terik kalbu.
Sambal, kuah, dan sayur singkong,
Perpaduan sempurna, rasa menyatukan,
Di tengah panas yang menderu tajam,
Kuliner Padang jadi penawar dalam diam.
Lalu kunyah ayam goreng renyah,
Crispy gurih, nikmat tiada tanding,
Seperti hujan menyiram gurun kering,
Menenteramkan hati di panas yang membingungkan.
Siang terus menyala di ufuk barat,
Tapi di sini, di meja, kutemukan nikmat,
Kenangan rasa terukir sejenak,
Terima kasih, nasi Padang penuh berkah.
Selesai santap, perut kini penuh,
Siang terasa lebih bersahabat di lambung,
Terik memudar, hati pun tenang,
Kenyang dan damai, kujalani sisa siang.