Waktu masih SD, saya punya kenalan seorang preman pasar, namanya Bimo. Sehari-hari dia nongkrong di pasar Bendungan Hilir, deket rumah saya. Kalau mau merokok dia tinggal pergi ke warung. Tanpa perlu mengucap sepatah kata si penjual rokok sudah tergopoh-gopoh langsung memberikan sebungkus rokok padanya. Begitu juga kalau dia mau minum atau makan. Semuanya diberikan tanpa diminta. Dia memang sangat ditakuti di kawasan itu. Badannya tinggi besar, tegap, berkulit hitam dengan hiasan tato naga di sekujur tubuhnya.
KEMBALI KE ARTIKEL