Anak ibu kota selalu menempati strata eksklusif dalam sebuah pergaulan. Disukai atau tidak dan diakui atau tidak, peng-eksklusif-an golongan itu mendorong banyak kalangan muda untuk membangun identitas menjadi atau paling tidak dianggap seperti mereka, baik secara materi maupun gaya. Dampaknya, tentu saja memarjinalkan siapa saja yang bukan dari golongan itu, yaitu mereka yang tidak hidup di perkotaan yang makmur dan sibuk. Pada akhirnya gaya hidup ibu kota dan kota besar menjadi kiblat dan tujuan akhir bagi setiap perjuangan kehidupan disini.