Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Dari Definisi Turun ke Proksi dan Dimensi

10 Juni 2011   18:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39 2768 2
Mengukur persepsi atau opini orang tergolong sulit tapi menantang. Persepsi tersebut muncul dalam bentuk jawaban terhadap sebuah pertanyaan. Pendekatan subyektif ini bisa menimbulkan bias atau kesalahan dalam memperoleh pendapat dari responden. Kita mengasumsikan bahwa responden memberikan jawaban yang jujur. Namun, kejujuran tersebut bukan jaminan bahwa kita bisa menangkap persepsi atau opini yang sesungguhnya. Kesalahan dalam membuat pertanyaan bisa berakibat bias, atau tidak menunjukkan persepsi atau opini yang sesungguhnya. Andaikan kita sudah mempunyai definisi teoritis dari sebuah variabel, misalnya variabel kualitas layanan website (webquality). Langkah selanjutnya adalah menerjemahkan definisi dari sebuah variabel tersebut menjadi ukuran-ukuran atau indikator yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data- misalnya menjadi sejumlah pertanyaan untuk diisi oleh responde atau sebagai pedoman wawancara, atau berupa metode pengumpulan informasi lainnya. Proses ini disebut dengan operasionalisasi variabel, atau sering juga disebut sebagai definisi operasional. *** Harus diakui, pengukuran variabel dalam ilmu sosial lebih sulit dibandingkan dengan ilmu eksakta. Minimal ada dua isu utama terkait dengan penyusunan alat ukur dalam ilmu sosial, yaitu reliabilitas dan validitas alat ukurnya. Sebagai contoh, TOEFL merupakan alat ukur kemampuan bahasa Inggris yang populer dan relatif sudah diakui reliabilitas dan validitas pengukurannya. Contoh lainnya adalah Tes Potensi Akademik (TPA). Lalu bagimana kita bisa memanstikan bahwa alat ukur yang digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan atau efektifitas kepemimpinan bisa dikatakan memenuhi kriteria reliabilitas atau validitas? Membumi tapi Jangan Mendua Bahasa menunjukkan bangsa. Namun di dunia riset, peribahasa tersebut bisa dimaknai dalam konteks pengunaan bahasa yang baik dan benar pada saat penyusunan instrumen penelitian. Penggunaan bahasa yang efektif dan efisien sangat vital dalam penyusuan kuisener. Bahasa dalam dunia riset harus tidak boleh ambigu mendua, atau multi interpretasi. Misal, ketika kita mencoba meneliti persepsi para pelaku usaha kecil terhadap program pengentasan kemiskinan yang dibuat oleh pemerintah, pertanyaan berikut bisa menimbulkan bias. Bahasa pada kuisener yang membumi membuat responden memahami maksud atau makna dari sebuah pertanyaan. Tidak ada kata atau kalimat yang bermakna ganda, atau salah diinterpretasikan. Atau tidak sesuai dengan makna yang diinginkan oleh si peneliti- dalam hal ini makna yang sesuai dengan definisi atau teori yang mendasari variabelnya.

"Apakah Anda setuju bahwa program MP3EI itu pro poor?"
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun